Kamis 15 Apr 2010 21:21 WIB

Warga India Lebih Banyak yang Miliki HP Dibanding Toilet

Tampak seorang pria tengah menelpon di ponsel melewati iklan telekomunikasi di India
Foto: youth-marketing-blog.com
Tampak seorang pria tengah menelpon di ponsel melewati iklan telekomunikasi di India

PBB, NEW YORK--Semakin banyak warga India, negara berpenduduk terpadat kedua di dunia, memiliki akses ke telepon genggam dibandingkan ke toilet. Demikian laporan United Nation University (UNU), Rabu (14/4), mengenai cara mengurangi orang yang kurang memperoleh kebersihan.

"Sungguh tragis untuk memikirkan bahwa di India, negara yang sekarang cukup kaya yang rata-rata separuh warganya memiliki telepon, sekitar separuh dari mereka tak dapat memperoleh keperluan dasar dan martabat satu toilet," kata Zafar Adeel, Direktur Institute for Water, Environment and Health (IWEH) di UNU, dan pemimpin UN-Water, badan koordinasi bagi pekerjaan yang berkaitan dengan air di 27 lembaga PBB dan mitra mereka.

India memiliki sebanyak 545 juta telefon genggam, cukup untuk melayani sebanyak 45 persen penduduk, tapi hanya sebanyak 366 juta orang atau 31 persen warga di negara Asia Selatan itu memiliki akses ke sanitasi yang baik pada 2008.

Rekomendasi tersebut yang disiarkan Rabu dimaksudkan untuk mempercepat langkah ke arah tercapainya Millenium Development Goal (MDG) mengenai pengurangan proporsi orang tanpa akses ke air yang aman dan kebersihan dasar.

Jika kecenderungan global saat ini berlangsung terus, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana Anak PBB (UNICEF) meramalkan akan ada kekurangan satu miliar orang dari sasaran sanitasi sampai tanggal sasaran 2015.

"Siapa pun yang mengelakkan topik tersebut sebagai menjijikkan, meremehkannya jadi tidak sopan, atau menganggap tak berharga mereka yang memerlukan mesti membiarkan orang lain mengambil-alih demi kepentingan 1,5 juta anak dan orang lain yang tak terhitung dan tewas setiap tahun dengan air tercemar serta sanitasi yang sehat," kata Adeel.

Termasuk di dalam sembilan rekomendasi itu adalah saran untuk menyesuaikan sasaran MDG dari peningkatan 50 persen sampai 2015 jadi 100 cakupan 100 persen paling lambat 2025; dan untuk menetapkan kembali bantuan pembangunan resmi yang sama dengan 0,02 persen produk domestik kotor ke sektor pemeliharaan kesehatan.

Laporan UNU tersebut menyatakan biasa sebesar 300 dolar AS untuk membangun satu toilet, termasuk tenaga kerja, bahan dan saran.

"Namun dunia dapat mengharapkan pengembalian antara tiga dolar AS dan 34 dolar AS bagi setiap dolar yang dikeluarkan untuk kebersihan, yang diwujudkan melalui pengentasan orang miskin dan biaya kesehatan dan produktivitas yang lebih tinggi --peluang ekonomi dan kemanusian mengenai proporsi sejarah," tambah Adeel.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement