Jumat 28 Jan 2011 10:31 WIB

Mesir Terkini, Internet Mati, Pasukan Elit Turun ke Jalan

Polisi antiteror Mesir menembak ke arah kerumunan demonstran di Kota Suez, Kamis (27/1/2011)
Foto: AP PHOTO
Polisi antiteror Mesir menembak ke arah kerumunan demonstran di Kota Suez, Kamis (27/1/2011)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Jaringan internet di Mesir mendadak terganggu dan putus. Pemerintah juga menempatkan pasukan pasukan elit untuk operasi khusus di Kairo pada Jumat (28/1) beberapa jam sebelum gelombang protes baru anti-pemerintah dilakukan bertepatan seusai shalat Jumat.

Perkembangan terbaru itu menandakan bahwa rezim Presiden Hosni Mubarak kian memperkeras upaya untuk mematahkan protes usai demonstrasi terbesar,  Kamis (27/1) kemarin selama beberapa tahun terakhir dalam pemerintahannya yang hampir 30 tahun.

Pasukan antiteror--yang jarang dilihat di jalan-jalan--kini mengambil posisi di lokasi-lokasi strategis, termasuk pusat Tahrir Square, lokasi yang menjadi demonstrasi terbesar pekan ini.

Facebook dan Twitter yang telah membantu mendorong dan memotivasi unjuk rasa pada pekan ini. Namun, pada Kamis malam, situs-situs itu terganggu, begitu uga dengan layanan pesan singkat dan BlackBerry Messenger services. Tak lama kemudian jaringan Internet di negara itu mati.

Sebelumnya, gerakan akar rumput mendapat motivasi ganda setelah kepulangan Pemenang Nobel Perdamaian, Mohamed ElBaradei sekaligus mendapat dukungan dari grup oposis terbesar, Ikhwanul Muslimin (IM).

Tengah malam, pasukan keamanan menahan sedikitnya lima pemimpin IM dan lima mantan anggota parlemen, demikian menurut kuasa hukum organisasi, Abdel-Moneim Abdel-Maksoud.

Ujian terhadap gerakan unjuk rasa ini terletak pada apakah oposisi terpecah di Mesir dapat bersatu bersama dengan demonstrasi Jumat, yang diharapkan menjadi yang terbesar sejauh ini.

Lewat sejumlah situs jejaring sosial, demonstran mengajak berkumpul usai shalat Jumat karena massa yang dihadirkan bisa berjumlah masif. Kini jutaan orang telah berkumpul di masjid-masjid penjuru kota, Jumat ini, mengorganisir sejumlah partisipan yang ingin bergabung dalam aksi.

Sejak protes dimulai pada Selasa lalu, saat ribuan orang berbaris di Kairo, Mubarak, 82 tahun, belum pernah terlihat di depan publik atau terdengar mengumumkan sesuati. Meski ia mungkin masih memiliki kesempatan terakhir, namun pilihan sangat terbatas dan cenderung mengarah pada melonggarkan kekuasaan.

Kekerasan telah meningkat pada Kamis, saat unjuk rasa terjadi di ibu kota. Di beberapa titik kota Suez, kota di dekat Terusan Suez, pengunjuk rasa menyulut bom api dan sejumlah roket ke arah polisi. Menurut menteri dalam negeri dalam pernyataan, sekitar 90 polisi terluka dalam bentrok tersebut. Namun tidak ada informasi segera terkait jumlah korban dari pihak demonstran.

Sementara di Sinai utara, kawasan Sheik Zuweid, beberapa anggota suku Beduin dan polisi terlibat aksi baku tembak dan menewaskan seorang pemuda 17 tahun. Sekitar 300 pengunjuk rasa juga mengepung sebuah kantor polisi dan menembakkan dua RPG, hingga menghancurkan dinding bangunan.

Adegan penembakan yang memakan korban pemuda, Mohamad Attef, berhasil direkam oleh seorang jurnalis lokal dan kini telah ditayangkan oleh AP Television News. Si Pemuda jatuh ke tanah setelah ditembak di jalan. Ia masih hidup saat teman sesama demonstran mengangkatnya, namun kemudian ia menghembuskan nafas terakhir.

Amerika Serikat, salah satu pendukung utama Mesir dari Barat, telah menyerukan untuk melakukan reformasi dan mengakhiri kekerasan terhadap para demonstran. Sebuah isyarat yang bisa dianggap bahwa pemimpin Mesir tak bisa lagi menikmati dukungan penuh dari Washington.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement