REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Janji Presiden Mesir Hosni Mubarak untuk membawa angin demokrasi dan reformasi ke negaranya tak digubris rakyatnya. Mereka kembali turun ke jalan dalam jumlah yang lebih besar dan menuntut tokoh yang sudah tiga dekade memerintah negara itu untuk turun. Bahkan di Suez, sebanyak 1.700 PNS menyatakan mogok untuk waktu yang tak ditentukan hingga Mubarak turun dan bergabung dengan demonstran.
Pidato Mubarak tengah malam sebelumnya tak bisa meredam amarah rakyat. Mubarak menyatakan memecat semua menterinya dan berjanji membentuk pemerintahan reformis.
Kantor berita Associated Press menyatakan bangunan parlemen dan kabinet telah diblokir oleh militer, mengcegah dikuasai massa. Al Jazeera melaporkan dari Kairo kota ini tampak seperti zone perang sejak sabtu pagi.
Tank telah berpatroli di jalan-jalan ibukota sejak pagi. Pernyataan dari angkatan bersenjata Mesir diserukan berulang-ulang, meminta warga untuk menghormati jam malam dan menghindari berkumpul dalam kelompok besar.
Jumlah korban tewas dalam protes itu dilaporkan terus bertambah, sedikitnya nya 23 korban tewas dikonfirmasi di Alexandria, dan 27 orang di Suez, dan 22 di di Kairo.
Lebih dari 1.000 juga terluka dalam protes kekerasan hari Jumat, yang terjadi di Kairo dan Suez, di samping Alexandria. Protes berlanjut sepanjang malam, dengan demonstran menentang jam malam malam.