Jumat 05 Jul 2013 07:39 WIB

Veteran Tentara Australia Alami Masalah Kejiwaan

Red:
Pasukan Australia
Pasukan Australia

CANBERRA -- Seorang veteran, mantan tentara Australia,  mengatakan saat ini banyak berbagai kasus depresi dan gangguan stress pasca trauma (Post-Traumatic Stress Disorder - PTSD) yang dialami oleh tentara-tentara muda yang ditarik dari Afghanistan. Legiun veteran di Australia memainkan peranan penting untuk menanganinya.

Kepala sebuah kelompok veteran di negara bagian New South Wales mengatakan RSL (Returned and Services League -legiun veteran Australia) harus membuat diri mereka lebih relevan bagi tantangan yang dihadapi tentara di zaman modern.

Salah satu tentara Australia yang baru kembali dari Afghanistan, Tom (bukan nama asli), 27 tahun, didiagnosa mengalami PTSD.

"Saya ingat, suatu pagi, kami bangun dan melakukan patroli dan melihat seorang bayi yang tewas," katanya, memulai cerita. 

Setelah keluar dari ketentaraan, dia hidup bersama orang tuanya, dan menghadapi tantangan kecanduan alkohol dan berjudi. Hampir setiap hari, dia merasa tegang.

"Ketika saya menyetir mobil ke kota, saya mengambil jalur-jalur yang berbeda, karena ketika dulu melakukan patroli, kami mengambil jalur yang berbeda untuk menghindari bom di jalan.

"Dan saya terbangun ketika tidur dan mencari senapan saya, karena ketika dulu melakukan patroli, kami harus selalu menyimpan senjata di samping tubuh."

"Tabu Berbicara"

Tom kini menjadi bagian kelompok yang berusaha membantu veteran-veteran perang muda seperti dirinya. Di bawah payung RSL, mereka melakukan pertemuan di kota Lismore setiap dua minggu untuk minum kopi -dan tidak minum bir, yang merupakan kebiasaan tradisional sebelumnya.

Kepala kelompok tersebut adalah Andrew Johnstone. Dia mengatakan, sudah bukan waktunya lagi untuk minum bir bersama di klab-klab RSL untuk menghadapi masalah kejiwaan bagi para veteran.

"Kami melihat pentingnya keluarga, anak-anak, keperluan di dunia modern yang berbeda dari sebelumnya. Banyak veteran mungkin bekerja atau tidak punya pekerjaan. Ini dunia yang berbeda, dan saya kira RSL harus melihat dunia ini, dan ini yang mereka lakukan."

Andrew juga didiagnosa memiliki PTSD. Setelah karir militer sepanjang 18 tahun, dia mengalami gangguan jiwa dan dikeluarkan dari ketentaraan.

"Perlakuan atas diri saya sangat buruk. Dulu, seorang tentara yang menunjukkan jari dan berkata 'saya mengalami kesulitan', itu dianggap tabu.

"Pendeknya, saya dibuat merasa tidak berguna. Saya mendapat sedikit nasihat dan saya tidak tahu banyak tentang bagaimana melakukan transisi menuju kehidupan sipil.

"Pendampingan psikologis harus menjadi bagian di sini. Harus ada rehabilitasi karir, aktivitas fisik. Jadi konseling hanya satu komponen," katanya.

Hanya dua minggu yang lalu, kebanyakan anggota kelompok veteran ini menghadiri pemakaman seorang tentara, David Wood, yang menderita PTSD sebelum membunuh dirinya sendiri.

Andrew Johnstone mengatakan Departemen Pertahanan dan Departemen Urusan Veteran harus bertindak lebih banyak untuk mendukung personel militer, baik ketika mereka masih aktif dalam ketentaraan maupun ketika mereka melakukan integrasi kembali ke dalam masyarakat.

Australia hadapi 'tsunami' PTSD

Seorang penasihat kesehatan jiwa untuk Departemen Urusan Veteran, Stephanie Hodson, mengatakan adanya pertolongan yang disediakan, tapi veteran muda perlu berani meminta pertolongan.

"Kami memiliki sebuah dukungan yang cukup komprehensif. Kami punya layanan yang tersedua 24 jam. Jadi setiap anggota veteran yang menghadapi masalah, baik pada tengah malam maupun akhir minggu, bisa menelepon layanan tersebut dan mereka akan membantu mencari pertolongan," katanya.

Andrew Johnstone meramalkan, situasi ini akan semakin buruk ketika Australia menarik tentara dari Afghanistan pada bulan Desember tahun depan.

"Satu-satunya cara untuk mengobati PTSD adalah untuk menghapus ingatan. Kita tidak memiliki teknologi tersebut. Dan inilah kenapa saya melihat tsunami PTSD, depresi, perasaan tegang, cedera kejiwaan, karena kita tidak akan pernah bisa menghapus ingatan tersebut.

"Cara kita mengelola memori kita, bagaimana kita menghadapinya; di siitulah kita sebagai sebuah kelompok untuk saling membantu."

Dalam sebuah pernyataan tertulis, Departemen Pertahanan Australia mengatakan mereka sudah meningkatkan fokus mereka atas evaluasi dan dukungan kesehatan jiwa dalam tiga tahun terakhir.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement