Rabu 30 Oct 2013 21:17 WIB

Sakiti Koala, Sertifikat Lingkungan Hidup Perusahaan Australia Dicabut

Red:
Koala
Koala

CANBERRA -- Perusahaan pengekspor kayu eucalyptus terbesar di Australia kehilangan sertifikat lingkungan hidupnya karena terbukti menyakiti sejumlah koala dalam proses produksinya. Selain itu, perusahaan bernama Australian Bluegum Plantations ini juga dipaksa meminta maaf secara publik atas hal yang sama.

Bulan Juli lalu program laporan khusus ABC menyiarkan bagaimana ribuan koala terluka atau tewas akibat masuknya penebang-penebang kayu ke daerah perkebunan pohon eucalyptus di bagian tenggara Australia, saat mendekati masa panen.

Para perawat satwa yang diwawancarai menyatakan mereka harus terus merawat koala yang mengalami "tungkai patah, tulang punggung patah, lengan luka," bahkan "induk yang tewas, tapi anaknya masih hidup."  

Australia Bluegum Plantations, yang disebutkan namanya dalam tersebut, menolak keras tuduhan itu. Bantahan ini dikeluarkan oleh badan sertifikasi lingkungan hidup bidang industri kehutanan, yaitu Forest Stewardship Council of Australia (FSC). 

Menurut pernyataan yang diberikan FSC, rekaman koala terluka tersebut tidak diambil di perkebunan yang ditangani Australian Bluegum Plantations (ABP). "Rekaman tersebut sudah tua dan tidak melibatkan proses-proses yang berlangsung, untuk menangani keamanan koala," demikian pernyataan itu.

Pada saat dikeluarkannya pernyataan tersebut, ketua FSC dijabat oleh chief executive ABP, yaitu Tony Price. Namun setelah ditayangkannya laporan ABC tersebut, Price harus mundur dari posisinya di FSC, dan sejumlah auditor lingkungan hidup pun menginvestigasi perusahaannya. 

Minggu lalu, sertifikat lingkungan hidup ABP, yang dikeluarkan oleh FSC, dicabut, dan ABP juga harus menunda panen di daerah-daerah tempat habitat koala. 

Anita Neville, dari badan audit lingkungan internasional, Rainforest Alliance, mengatakan para auditor menemukan "kegagalan signifikan" dalam penanganan satwa yang dilakukan oleh ABP di enam kawasan.

Laporan para auditor tersebut mengecam ABP. "Melihat jumlah koala yang terus terluka, tewas atau mengalami masalah kesehatan. ABP tidak mengambil langkah-langkah cukup untuk menyikapi isu ini," bunyi laporan tersebut. 

"Sertifikasi FSC hampir menjadi kewajiban dalam industri kehutanan untuk melakukan bisnis," Jelas Neville. 

Price kemudian menyatakan "sangat menyesal" saat ditanya apakah ia merasa bersalah karena perusahaannya perlu waktu lama untuk bertindak. 

"Kami sangat menyesal sehubungan koala yang terluka di properti kami," ucapnya, "Kami sangat ingin memastikan di masa depan kami akan melakukan apapun yang kami bisa lakukan untuk menghindari melukai koala." 

Tahun lalu, ABP diberi gelar Australian Forest Manager of the year, atau pengurus hutan Australia teladan tahun ini. Price saat ini tetap memegang posisi di dewan FSC, meskipun tidak sebagai ketua. 

Auditor lingkungan biasanya dibayar oleh perusahaan kehutanan yang mereka periksa.

Sementara itu, para perawat satwa khawatir penalti yang diberikan tidak cukup berat atau cukup sering diberikan hingga dapat mencegah lebih banyak koala disakiti. Selain itu, mereka khawatir banyak koala tetap kehilangan tempat tinggal saat habitat mereka dipanen. 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement