Jumat 22 Nov 2013 08:41 WIB

Media Australia Didesak Ubah Gaya Liputan Kasus Bunuh Diri

Red:
Siswa sekolah Australia
Siswa sekolah Australia

CANBERRA -- Penyelidikan oleh pengadilan koroner Victoria atas kematian 3 remaja sekolah Menengah atas di Geelong pada tahun 2009 memicu kecurigaan tentang peran media dalam memberitakan kasus bunuh diri.

Hakim Koroner Gray menginvestigasi kematian Zac Harvey, 15, Taylor Janssen, 16, dan Chanelle Rae, 14, ketiganya tercatat sebagai siswa sekolah menengah atas di kampus berbeda di Western Heights College, sebelum mereka melakukan bunuh diri dalam kurun waktu 5 bulan.

Taylor remaja popular di sekolah yang bermimpi menjadi pengacara dan telah berhubungan lama dengan Zac. Pada Maret 2009, keduanya terlibat adu argumen dan Zac kemudian bunuh diri.  Tiga pekan kemudian Taylor Janssen ikut mengakhiri hidupnya. Langkah kedua remaja ini kemudian diikuti oleh sahabatnya, Chanelle Rae.

Pengadilan koroner mendengarkan bukti mengenai beragam faktor yang berkontribusi terhadap kasus bunuh diri, yang menjadi penyebab kematian paling banyak dikalangan remaja.

Dampak kematian ketiga siswa SMU ini sangat mendalam bagi warga kota Victoria, namun liputan lanjutan dari kasus ini oleh media membuat sejumlah warga ikut tertekan.

Ibu mendiang Chanelle, Karen Rae, meyakini sorotan luas media atas kematian Taylor dan Zac berkontribusi pada kematian anak gadisnya.

Kementerian Pendidikan melaporkan seluruh komunitas sekolah Western Heights College mengalami tekanan berat setelah kematian Chanelle, dan kondisi itu diperparah dengan perilaku wartawan yang meliput berita tersebut.

Mantan PM Victoria dan kepala Beyond Blue Jeff Kennett berusaha menghentikan program 60 minutes di saluran Channel Nine menayangkan cerita ketika itu.

"Kita menerima keluhan dari anggota keluarga korban, dari sekolah yang mengatakan sejumlah wartawan bersikap tercela dengan tidak mengindahkan penderitaan dari keluarga korban, tapi juga media diduga malah mempromosikan kematian ini,” kata Kennett.

Desakan prosedur baru meliput kasus bunuh diri

Direktur Eksekutif Yayasan Kesehatan Remaja Nasional Headspace, Chris Tanti, mengakui kekhawatiran tentang liputan media ini.

"Bunuh diri merupakan masalah yang problematik dan keprihatian kita di sektor ini adalah agar sebisa mungkin tidak ada orang lain yang terdorong melakukannya akibat dampak dari pemberitaaan tersebut.

"Menurut saya ada cara lain untuk membahas kasus bunuh diri yang bisa meminimalisir kemungkinan orang lain melakukan bunuh diri juga.”

Dr. Mandy Oakham dari sekolah media dari RMIT mengatakan peliputan wartawan  diperumit oleh pembahasan bunuh diri di media sosial.

“Kita harus mempertimbangkan media sosial dan peran bahwa media di kehidupan orang-orang ini, "kata Dr Oakham.

"Wartawan akan mencakup kisah-kisah ini. Cluster bunuh diri di masyarakat seperti Geelong itu cerita besar dan itu akan diperbincangkan. Dan berdasarkan pertimbangan nilai berita, kasus ini memang sudah pasti akan menjadi sorotan luas media.”

“Jadi kita memang harus memiliki cara tertentu dalam memerintahkan para wartawan untuk merumuskan pola perilaku yang diperlukan dalam lingkungan baru."

Di masa lalu pendekatan media dalam melaporkan kasus bunuh diri adalah dengan meminimalkan liputan dan membatasi pembahasan terkait berita tersebut. Tapi Pengiklan di Geelong memilih untuk menjalankan kampanye kewaspadaan bunuh diri dikalangan remaja di Geelong yang kemudian direkomendasikan oleh Pencegahan Bunuh Diri Australia.

Kennett merupakan diantara orang yang yakin peliputan media mengenai kasus bunuh diri perlu diubah.

"Saya rasa kita harus membahas mengenai kasus bunuh diri, tapi menurut saya kita perlu membahasnya dengan metode berbeeda dari yang pernah kita lakukan di masa lalu. Dan kita harus menekankan pada pesan bahwa mereka yang berpikir untuk mengakhiri hidup mereka meninggalkan orang-orang yang mereka cintai akan berduka selama sisa hidup mereka."

Tanti mengatakan peliputan kasus bunuh diri perlu ditekankan pada penderitaan yang ditimbulkan dari perilaku bunuh diri terhadap orang lain.

"Ketika bekerja dengan remaja yang berniat bunuh diri,  hal yang umumnya menghentikan mereka dari niat bunuh diri adalah dampak yang akan terjadi pada keluarga dan sahabat mereka dan mereka tidak terlalu berpikir mengenai masa depan mereka karena mereka tidak lagi peduli terhadap masa depannya,” demikian kata Tanti.

"Jadi menurut saya, kasus bunuh diri sudah jelas memiliki dampak dan dibanyak kasus sangat buruk, dan dampaknya berlangsung lama terhadap keluarga dan sahabat dan menurut saya pesan itu yang harus disampaikan dengan jelas oleh media.”

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement