Selasa 20 May 2014 18:25 WIB

Penghematan APBN Australia dari Pemotongan Bantuan Luar Negeri

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pemotongan dana bantuan luar negeri Australia menyumbang seperlima dari total penghematan dalam APBN 2014. Dari total rencana penghematan sebesar 35,7 miliar dollar (Rp 360 triliun lebih), 21 persennya merupakan hasil dari pemotongan bantuan luar negeri tersebut.

CEO badan amal World Vision Australia, Reverend Tim Costello menyatakan pemerintah mencoba menyehatkan keuangan negara dengan cara mengorbankan orang miskin.

ABC Fact Check mencoba mengecek data yang dikemukakan Tim Costello tersebut. Menurut juru bicara World Vision, data yang mereka kemukakan bersumber dari pengumuman APBN yang disampaikan pemerintah 13 Mei lalu.

Pemotongan bantuan luar ini akan mencakup tahun anggaran berjalan. Hal ini telah dikemukakan Menlu Julie Bishop pada Januari lalu, dengan pemotongan sebesar 5,042 miliar dollar.

Menurut rencana pemotongan yang tertera dalam APBN, pemotongan bantuan untuk tahun anggaran 2014/15 sebesar 610 juta dollar, 1,2 miliar dollar untuk 2015/16, 1,7 miliar dollar tahun 2016/17, serta 3,5 miliar dollar tahun 2017/18. Total pengurangan bantuan ini untuk lima tahun ke depan berkisar 7,6 miliar dollar.

Dengan demikian, menurut pengecekan ABC, terlihat bahwa bantuan luar negeri merupakan sektor yang terkena pemotongan terbesar dari rencana APBN Australia 2014. Total penghematan di semua sektor diperkirakan berkisar 35,7 miliar dollar.

Dengan demikian, secara persentase, pemotongan bantuan pembangunan luar negeri Australia ini berkisar pada 21 persen dari total penghematan.

Ikuti Kompetisi Belajar Bahasa Inggris di Australia - Klik tautan berikut: https://apps.facebook.com/australiaplus

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement