Senin 27 Oct 2014 20:31 WIB

Mari Berkunjung ke Taman Kanak-Kanak Multikultur di Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Bayangkan saat Anda mendengarkan 30 bahasa berbeda. Inilah yang terjadi saat ada pertemuan dari keluarga dan anak-anak dari segala bangsa di Tuggeranong, Kawasan Ibu Kota Australia (ACT), Kamis (23/10) lalu. 

Acara ini bukanlah yang pertama kalinya, tetapi pertemuaan taman kanan-kanak dari berbagai komunitas diadakan setidaknya sekali dalam sepekan. Tujuannya adalah unuk membantu keluarga-keluarga dari latar belakang berbeda untuk bisa merasa sebagian dari komunitas Australia, selain juga membantu mendapatkan akses pemerintah. Dan tentunya sambil mengasah kemampuan anak-anak lewat kegiatan menyenangkan.

Di antara komunitas yang mengikuti program ini adalah komunitas Sudan Selatan dan komunitas Muslim.

Menurut Jordan Bowles, salah satu fasilitator komunitas Muslim, taman kanak-kanak bagi para keluarga Muslim sudah berdiri sejak tahun 2005. Mereka mengandalkan saling menghargai budaya yang berbeda.

ABC Canberra, Louise Maher." src="http://www.radioaustralia.net.au/sites/default/files/images/2014/10/27/5836656-3x2-940x627169.jpg" alt="Komunitas dari Sudan Selatan bersama fasilitator Rebecca Gonzalez (kiri). Foto: 666 ABC Canberra, Louise Maher." width="443" height="291" />

"Taman kanak-kanak komunitas Muslim ini dijalankan oleh para wanita," ujar Bowles baru-baru ini.

"Kita juga merayakan Idul Fitri dan memegang teguh budaya umat Muslim."

Bagi sebagian ibu, menitipkan anak-anaknya ke taman kanan-kanak dan tempat penitipan anak bukanlah suatu masalah.

Salah satu ibu yang menitipkan anaknya ke taman kanak-kanak adalah Ambreem yang mengaku sangat mengapresiasi kemampuan anak-anaknya.

"Di taman kanak-kanak, mereka bisa mengasah kemampuan motoris mereka," ujarnya.

Komunitas Muslim ikut serta dalam pertemuan taman kanak-kanak multukultur. Foto: 666 ABC Canberra, Louise Maher.

Tapi tentu saja bukan hanya anak-anak yang belajar, para orang tua, terutama ibu-ibu pun bisa mempelajari sesuatu yang baru.

Misalnya para orang tua dari komunitas Sudan Selatan telah belajar memasak dan kemampuan soal nutrisi, sambil saling bertukar resep.

Menurut Jo Hutchinson, manajer dari Tuggarenong Child and Family Centre, ada 26 komunitas yang berbeda yang membawa anak-anak ke tempatnya.

Jo berpendapat jika taman kanak-kanak multikultur ini sesuai kebutuhan warga yang baru saja pindah ke Canberra. "Anak-anak dan para ibu biasanya hanya berdiam diri di apartemen, sehingga kegiatan yang menyenangkan ini mengasyikan," ujar Jo. "Sehinga semua orang bisa merasakan manfaat dan belajar hal-hal yang baru."

Emma, seorang ibu dengan anak perempuan berusia tiga tahun, mengaku kalau selalu tak sabar untuk bertemu dengan anak-anak dan ibu-ibu lainnya.

"Ini adalah tempat yang hebat dan menyenangkan bagi saya juga baginya," ujar Emma. "Mungkin kedepannya bisa dipikirkan bagaimana mengubah dunia."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement