Rabu 26 Nov 2014 20:14 WIB

Kekurangan Tenaga Kerja, Selandia Baru Usahakan Tarik Pekerja dari Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, SELANDIA BARU -- Selandia Baru sekarang kekurangan tenaga kerja trampil dan pemerintahnya sekarang berusaha membujuk warganya yang bekerja di Australia untuk kembali.

Menindaklanjuti masalah tersebut, kini Pemerintah Selandia Baru mengadakan berbagai pameran bursa tenaga kerja di beberapa kota di Australia.

Menteri Tenaga Kerja Australia Stephen Joyce mengatakan kepada ABC bahwa negara itu memerlukan banyak tenaga kerja trampil. "Keahlian di piranti lunak komputer dan desain adalah dua diantaranya. Kami memiliki beberapa perusahaan yang sedang tumbuh di area ini, dan sekarang tidak bisa berkembang karena kurangnya staf berpengalaman." katanya baru-baru ini.

"Industri konstruksi sekarang banyak pembangunan kembali di Christchurch yang sebelumnya terkena gempa. Semua pekerja domestik sudah tidak ada lagi yang tersedia. Bidang lain adalah staf teknis di industri manufaktur teknollogi tinggi." tambah Joyce.

Dalam dua tahun mendatang, pemerintahan pimpinan Perdana Menteri John Key memperkirakan perekonomian Selandia Baru akan menciptakan 50 ribu lapangan kerja baru.

Dengan tingkat pengangguran sekitar 5,4 persen, tingkat terendah sejak Desember 2008, Selandia Baru memang mengalami kesulitan untuk memenuhi pasar dalam negeri.

Salah satu sasaran pencarian tenaga adalah Australia, dan juga para pekerja Selandia Baru yang sebelumnya pindah ke Australia mencari kerja.

Di bulan Oktober 2014, untuk pertama kalinya jumlah orang yang masuk ke Selandia Baru lebih besar dari mereka yang pindah ke Australia, ini adalah trend pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir.

Menteri Stephen Joyce mengatakan diharapkan kecenderungan ini terus akan berlanjut.

Selandia Baru sudah mengadakan pameran bursa tenaga kerja di Perth dan akan melakukan hal yang sama di Sydney akhir pekan ini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement