Kamis 08 Jan 2015 13:45 WIB

Wanita Melbourne Ditipu Teman Kencan Online Sekitar Rp 2,5 Miliar

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Seorang wanita di Melbourne membentuk kelompok korban penipuan berkedok kencan online. Jan Marshall tertipu teman kencan online yang meninggalkan dia dengan tumpukan utang sebesar $250.000 atau sekitar Rp 2,5 miliar.

Penipuan ini berawal pada tahun 2010,  Jan Marshall, mencoba peruntungan mencari jodoh lewat situs kencan online di Internet. Selanjutnya, seseorang bernama Eamon mengontaknya yang mengaku merupakan insinyur berkewarganegaraan Inggris yang tinggal di AS.
 
"Saya awalnya terkejut ada orang yang mengontak saya dari tempat yang sangat jauh jaraknya padahal saya sudah katakan dengan jelas kalau saya butuh seseorang untuk menemani mengeksplor Kota Melbourne, namun kami tetap berkomunikasi,"
 
Marshall menyangka Eamon merupakan pasangan yang akan menemaninya hingga akhir hayat. Karena dibulan pertama perkenalannya Eamon mencurahkan seluruh perhatian dan cinta untuknya. "Dia membombardir saya dengan cinta, sehingga saya berpikir inilah pria yang layak saya nikahi dan menghabiskan waktu hingga akhir hayat," katanya baru-baru ini.
 
Mereka berbicara di internet selama dua jam setiap hari dan juga telpon, namun tidak pernah melakukan video chating karena selalu saja webcam mereka mengalami gangguan. "Mereka memastikan kita menghabiskan waktu banyak dengan mereka sehingga kita terisolasi dari teman, dan jika ada rekan Anda yang mengingatkan untuk berhati-hati  dia akan bilang 'Jangan dengarkan temanmu'  kita memiliki hubungan yang istimewa dan mereka tidak akan pernah mengerti," katanya.
 
Namun kemesraan diantara mereka dalam waktu kurang dari 2 bulan terhenti, pria itu lenyap, meninggalkan Marshall yang patah hati serta utang ribuan dolar. Sebelum menghilang, pria itu mengaku dia mendapat tawaran kerja ke Dubai dan setelah itu dia akan singgah ke Australia untuk menemuinya. Dan ketika itulah pria bernama Eamon ini mulai meminta uang.
 
"Eamon mengaku di Dubai dia mengalami sejumlah masalah dan butuh bantuan uang, dia mengaku seharusnya ia menerima cek gaji tapi tidak bisa diuangkan karena dia harus mengurusnya ke Bank di Inggris," tuturnya.
 
Dia juga mengatakan perlu uang untuk membayar pajak dan tidak mengizinkannya meninggalkan Dubai. "Saya kemudian memberikannya uang untuk membayar pajak itu dan malam itu juga dia dirampok dan kehilangan uangnya,"
 
Ketika Marshal baru saya mengirimkan uang agar pria itu bisa meninggalkan Dubai, dia kemudian mengaku mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju airport. "Dan berikutnya dia mengaku berada di rumah sakit dan butuh uang untuk mengobati sakitnya," tutur marshal.
 
Hingga akhirnya setelah mengaku sudah bisa meninggalkan Dubai, pria itu sudah tidak bisa lagi dikontaknya. "Baru saya menyadari kalau ini merupakan penipuan," katanya.
 
Marshall mengaku sekarang dia berutang ribuan dolar dan kehilangan seluruh tabungan dan bahkan menarik dana pensiunya yang tidak dibolehkan. Kantor pajak memaksanya menutup akunnya dan mewajibkan dia membayar pajak sejumlah uang pensiun yang telah ditariknya.
 
"Saya berakhir dengan tunggakan pajak lebih dari  $70,000 dan saya tidak tahu bagaimana membayarnya karena saya diberhentikan dari pekerjaan saya bulan Agustus lalu.
 
Sekarang dia berharap bisa mendapatkan uang dari buku yang ditulisnya mengenai pengalaman penipuan kencan online yang dialaminya.
 
Dalam upayanya mendapatkan dukungan marshall menemui sejumlah korban penipuan berkedok kencan online yang disebut korban  'penipuan romantis'.
 
Lebih dari belasan orang bergabung dan akan menggelar pertemuan pertama pekan depan.
 
Marshall mengaku terinspirasi untuk membentuk kelompok dukungan setelah melihat kelompok yang sama di Queensland. "Kemampuan untuk dapat berbicara satu sama lain yang telah mengalami pengalaman serupa itu merupakan hal yang sangat menyembuhkan," katanya.
 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement