Senin 02 Mar 2015 14:50 WIB
Eksekusi Mati Gembong Narkoba

Prof Greg Sayangkan Pemerintahan Abbott Banyak Lakukan Blunder

Prof Greg (kedua dari kanan)
Foto: dok Indonesia Sinergy
Prof Greg (kedua dari kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Kepala departemen Political and Social Changes di kampus Australian National University (ANU), Prof Greg Fealy menegaskan, pascapenyanderaan di Sydney pada 16 Desember 2014 yang menewaskan dua korban, hubungan Muslim dan non-Muslim di Australia secara umum tetap baik.

Meski demikian, diakuinnya, ada aktivitas yang bertendensi Islamofobia seperti penolakan terhadap produk halal yang semakin ramai pascaperistiwa Sydney. Beberapa kelompok sayap kanan mengekspresikan crypto-racialism di mana mereka terlalu khawatir dan mempolitisasi isu dan persepsi negatif tentang Muslim.

Ia menyayangkan pemerintah Tony Abbott banyak melakukan blunder dalam menyikapi potensi gesekan antara muslim dan non-muslim. Misalnya dengan memperkenalkan slogan “Team Australia”.

"Meskipun slogan ini pada awalnya dimaksudkan untuk mengajak lebih banyak pemimpin Islam di Australia yang mempromosikan perdamaian, kampanye “Team Australia” seolah-olah menjelaskan bahwa komunitas muslim tidak mengutuk terorisme, padahal selama ini masyarakat muslim di Australia telah mengutuk aksi-aksi kekerasan," katanya baru-baru ini.

Sementara itu, Dr Asmi Wood, Senior Lecture di College of Law ANU dan juga merupakan tokoh Aborigin yang beragama Islam, menjelaskan bahwa karena tragedi Sydney dilakukan oleh seseorang yang memang merupakan kriminal, yaitu Man Haron Monis. Karena itu, komunitas Muslim tidak boleh disalahkan.

"Permasalahannya adalah ketika pemerintah Australia tidak bisa memberikan jaminan keselamatan dan hubungan harmonis antarumat beragama, mereka sering menyalahkan komunitas sebagai pangkal masalah," jelasnya.

Asmi menyarankan perlunya keterbukaan, dialog dan kerja sama antarberbagai komunitas di Australia untuk meningkatkan rasa saling percaya. Pemerintah juga harus mendengarkan pendapat dari berbagai komunitas secara luas, tidak hanya sebagian kecil kelompok.

Nadirsyah Hosen, dosen di Wollonggong University dan juga Ro’is Syuriah PCI NU menyayangkan bahwa isu kekerasan selalu dikaitkan dengan terorisme. Hal ini telah memecah-belah masyarakat yang sayangnya tidak diatasi oleh pemerintah.

Gus Nadir juga menyayangkan adanya sikap eksklusifitas di kalangan Muslim di Australia sendiri yang dengan alasan ingin menjaga identitas dan keimanan tidak banyak bergaul dengan masyarakat Australia.

Dalam ranah diplomasi internasional, Nadir juga menyarankan agar pemerintah Australia untuk lebih proaktif dan berkontribusi positif dalam isu yang sering dijadikan alasan dalam terorisme, seperti konflik Palestina-Israel.

Dalam sesi tanya jawab, mengemuka beberapa ide, di antaranya perlunya mendirikan lembaga pendidikan tinggi studi Islam di Australia yang saat ini belum ada. Sebagaimana yang sudah jamak dijumpai di negara lain, seperti Kanada dan Inggris, terdapat institut studi Islam yang memungkinkan pengkajian Islam yang lebih komprehensif dan dapat mencerahkan pemahaman masyarakat Australia tentang Islam.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-03-02/warga-indonesia-didorong-jembatani-umat-islam-di-australia/1420195
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement