Rabu 06 May 2015 19:56 WIB

Australia Mulai Lirik Potensi Besar Industri Susu Unta

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA BARAT -- Diperkirakan 300 ribu unta liar yang berkeliaran di kawasan pedalaman Australia. Kondisi ini berpotensi menjadi industri baru yang menguntungkan bagi negara ini. Terlebih adanya permintaan cukup tinggi untuk susu unta, meski  ada pula sejumlah tantangan.

Susu unta terlihat hampir sama dengan susu sapi, hanya sedikit asin. Mungkin tidak semua orang menyukai rasanya, tetapi cukup mengejutkan karena susu unta kini mulai jadi populer.

Dengan harga $25 atau sekitar Rp 250 ribu per liter, susu unta kemudian dijuluki sebagai 'white gold' atau emas putih.

Kim Chance, mantan menteri pertanian untuk Australia Barat melihat potensi pasar untuk komoditi susu unta dan kini mencoba membangun sentra susu unta komersial terbesar di properti miliknya, di kawasan Dandaragan, Perth utara.

"Kami sedang melihat sekitar 220-225 ekor unta yang sedang menyusui, artinya kita akan memiliki sekitar 450 unta. Semua proyeksi keuangan dilakukan dengan melihat hasil sekitar lima liter per hari," ujar Chance baru-baru ini.

Dari laporan yang didapatkan program ABC PM, ada lebih dari 1.000 liter susu per hari. Para unta-unta tersebut akan diambil dari gurun di sekitar Laverton, Australia Barat untuk kemudian diperah susunya di kawasan pedalaman.

Perushaan yang terlibat dalam proyek ini, Camilk Australia, akan menjual langsung susu hasil pasteurisasi kepada pelanggan dan beberapa toko khusus. Sementara susu yang belum melalui proses pasteurisasi tetap kan dijual, namun diberi tanda untuk tidak dikonsumsi manusia. 

"Kami berharap tidak harus langsung untuk tujuan ekspor dalam beberapa tahun kedepan. Pasar kami masih akan dibuktikan dalam beberapa saat, tapi kami telah memiliki database yang luas dari mereka yang berpotensi menjadi klien. Dan database ini jumlahnya ribuan," kata Chance. 

Dr Mike Laurence dari College of Veterinary Medicine di Murdoch University mengatakan menyiapkan sentra susu unta memiliki beberapa tantangan yang signifikan.

"Infrastruktur harus menjadi yang pertama diprioritaskan. Membangun sentra yang dapat menampung hewan besar dalam jumlah banyak, seperti unta membutuhkan perencanaan yang cermat," kata Laurence.

"Membangun fasilitas menjadi satu hal yang besar. Yang kedua adalah mengelola reproduksi mereka, maksudnya mendapatkan susu dari hewan adalah bagian reproduksi, dan banyak orang yang tidak memiliki pengalaman ini."

PBB memperkirakan ada lebih dari 200 juta pelanggan potensial susu unta di seluruh dunia. Industri susu unta bisa bernilai $10 miliar, atau sekitar Rp 100 triliun.

Australia sudah mengetahui potensi besar pasar susu unta ini. Salah satu perusahaan di Australia Barat sudah memproduksi susu unta yang tidak dipasteurisasi. sementara perusahaan Queensland menjual susu pasteurisasi pada skala kecil.

Kini pihak dewan kawasan Dandaragan telah memberikan izin pembangunan sentra susu unta di kawasan tersebut, langkah berikutnya yang perlu dilakukan Camilk Australia adalah mencari investor.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement