Senin 25 May 2015 20:56 WIB

Pemetaan Lahan Pertanian Lebih Mudah Gunakan Printer 3D

Red:
Nick Wright menggunakan mesin pencetak 3D untuk membuat model pertanian di kawasan La Grange, Australia Barat.
Foto: DAFWA
Nick Wright menggunakan mesin pencetak 3D untuk membuat model pertanian di kawasan La Grange, Australia Barat.

Bayangkan jika Anda bisa merasakan lahan pertanian langsung di tangan Anda. Bisa memegang pegunungan dan lembah dengan jari-jari Anda, bahkan merasakan kawasan perairan yang melalui di antaranya. 

Semua hal itu bisa dilakukan dengan penggunaan printer 3D untuk keperluan riset dan pengembangan pertanian sudah dilakukan di sebuah lahan peranian di negara bagian Australia Barat. Para peneliti berhasil mencetak model dari proyek La Grange, selatan dari Broome, di Kimberley.

Departemen Pertanian dan Makanan di Australia Barat (DAFWA) menggunakan teknologi cetak 3D untuk membuat pemetaan dari lahan pertanian, yang memiliki uas hampir 3,5 juta hektare.

Data-data yang digunakan oleh peneliti Nick Wright berasal dari survei lokasi, beberapa ia ambil dari NASA.

"Sangat lama sekali kami berusaha mencari peneliti lain yang pernah menggunakan printer 3D untuk mewakili interaksi hidro-geologi," katanya baru-baru ini. "Tapi dalam hal ini, kami menjadi perintis teknologi ini."

"Jadi setelah kami mampu mencetak model, dengan lapisan-lapisan, ada manfaatnya, yakni kita benar-benar memegangnya langsung di tangan kita sendiri. Kemudian bisa dilihat dari dekat sambil diputar-putar untuk kemudian benar-benar memahaminya, karena sangat berbeda kalau kita melihat modelnya dengan permukaan yang datar."

Wright menjelaskan model 3D ini akan digunakan sebagai bantuan presentasi dan alat komunikasi.

"Memang tidak dimaksudkan untuk menggambarkan secara tepat dari apa yang terjadi," katanya. "Tapi ini menciptakan model konseptual, sehingga orang-orang memahami bagaimana satu sama lain saling berhubungan."

Menurut pengakuan Wright dibutuhkan dana sekitar $2000 atau Rp 20 juta pada awalnya pengeluaran untuk printer 3D, yang dianggapnya cukup murah.

"Satu kilogram plastik sekitar $30 atau Rp 300 ribu, dan untuk membuat model seperti ini memiliki beberapa ratus gram plastik," katanya.

"Ini juga sangat mudah diterapkan. Untuk membuat pertanian menjadi model 3D topografi membutuhkan beberapa jam lewat perangkat lunak atau software.

"Anda bisa mencetak di sore hari dan melihat fitur apa yang telah dicetak dalam 50 tahun terakhir," jelas Wright. "Ini cara terbaik untuk menunjukkan jenis teknologi apa yang bisa dilakukan."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement