Selasa 07 Jul 2015 20:15 WIB

OzAsia Jadi Ajang Penampilan Seni Terbesar Indonesia di Australia

Red:
Eko Supriyanto akan menampilkan Cry Jailolo - tarian asli dari Maluku Utara. .
Foto: OzAsia Festival
Eko Supriyanto akan menampilkan Cry Jailolo - tarian asli dari Maluku Utara. .

REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Ada pengemis yang meminta-minta, ada tentara yang berjaga-jaga - layaknya suasana jalan raya di Jakarta. Lewat The Streets, Teater Garasi akan menghadirkan suasana jalan raya itu dalam lakon yang akan dipentaskan di OzAsia Festival di Adelaide.

Menurut Direktur Festival OzAsia Joseph Mitchell, tahun ini Indonesia memang menjadi fokus utama, dan Teater Garasi merupakan salah satu penampil yang akan menyemarakkan pembukaan festival tahunan ini.

OzAsia akan dimulai 24 September mendatang dan berlangsung hingga 11 hari. Selain Teater Garasi, sepanjang akhir pekan sejak pembukaan, akan ada 20 penampilan dari lebih 100 seniman Indonesia.

Itulah sebabnya, OzAsia 2015 ini disebut-sebut sebagai penampilan seni Indonesia kontemporer terbesar yang pernah digelar di Australia.

"Ini kesempatan besar bagi warga Australia untuk menyaksikan sisi kontemporer Indonesia melalui pagelaran seni di Australia sendiri," kata Joseph Mitchell dalam keterangan pers yang diterima wartawan ABC International Farid M. Ibrahim, Selasa (7/7).

Dijelaskan, selain Indonesia seniman Jepang, India, China, Taiwan, Hong Kong dan Korea Selatan juga akan menampilkan karya mereka.

Festival OzAsia 2015 akan menampilkan 41 mata acara, termasuk 5 mata acara utama dunia dan 15 mata acara utama Australia. Sebanyak 180 kegiatan termasuk 90 pagelaran, 8 pameran, 15 pemutaran film, 9 acara diskusi dan workshop.

Tercatat 270 seniman akan ambil bagian didukung sedikitnya 2.500 peserta dari warga setempat, yang akan berpartisipasi di berbagai acara. Sebagian acara ada yang gratis namun ada juga yang berbayar.

Penampilan Teater Garasi akan menandai malam pembukaan. Lakon The Streets yang disutradarai Yudi Ahmad Tadjudin, akan tampil di Space Theatre yang akan disulap menyerupai suasana sibuk di jalan raya Jakarta.

Menurut keterangan panitia, lakon ini akan melibatkan penonton secara langsung dalam merasakan pengalaman sedhari-hari di jalan raya Jakarta.

"Misalnya, akan ada tentara yang mengecek identitas, ada yang bernyanyi, pekerja bangunan, bahkan pengemis," kata Mitchell.

Di malam pembukaan itu juga, di Dunstan Playhouse, koreografer Eko Supriyanto akan menyuguhkan Cry Jailolo, tari kontemporer yang menampilkan dunia mistis bawah laut di Teluk Jailolo.

Lalu, penampilan Papermoon Puppet Theatre akan mengelaborasi secara teatrik dengan perangkat multimedia, masa silam Indonesia era 1965/1966, lewat Mwathirika.  

Kemudian pada 26 September ada pula penari Topeng Cirebon, yaitu Nani Losari, generasi ke-8 penari spiritual topeng Losari serta Inusi, generesi ketiga penari gaya topeng Selangit. 

 

 

 

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement