Rabu 10 Feb 2016 19:50 WIB

Jumlah Kebakaran Semak di Australia Naik 40 Persen Dalam Lima Tahun

Red:
Data satelit NASA menunjukkan di tahun 2013 terjadi 4.595 kebakaran per minggu di seluruh Australia.
Foto: Getty Image
Data satelit NASA menunjukkan di tahun 2013 terjadi 4.595 kebakaran per minggu di seluruh Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa jumlah kebakaran semak per minggu di Australia naik 40 persen antara tahun 2008-2013. Namun para ahli masih mengatakan terlalu pagi untuk mengkaitkannya dengan perubahan iklim.

Data ini dikumpulkan dari data satelit NASA dan berbagai data lingkungan lainya menunjukkan adanya 4.595 kebakaran per minggu di tahun 2013 di seluruh Australia. "Kami menemukan adanya peningkatkan frekuensi kebakaran semak." kata Dr Ritaban Dutta dari CSIRO, lembaga peneliti utama di Australia baru-baru ini.

Dutta adalah ilmuwan penganalisa data dari unit Data61, dan laporannya diterbitkan oleh jurnal Open Science.

Dr Dutta mengatakan data yang didapatkan bisa membantu pihak berwenang di Australia untuk memperkirakan di masa depan dimana lokasi kebakaran akan terjadi.

Data yang didapat dari NASA dengan jelas menunjukkan dimana persisnya kebakaran, dengan posisi lintang dan bujur yang tepat dan besarnya kebakaran.

Menurutnya, daerah yang paling banyak mengalami kebakaran adalah daerah tropis dan subtropis di Queensland dan New South Wales bagian utara.

Para ilmuwan ini mengatakan terjadi 40 persen peningkatan kebakaran sejak tahun 2008.

Dr Dutta dan rekan-rekannya dari University of Tasmania  mengkombinasikan data jumlah kebakaran semak dengan pengukuran seperti temperatur, kelembapan, kecepatan angin, dan kadar air dalam tanah, yang berpengaruh terhadap resiko kebakaran di satu tempat.

Dalam reaksinya beberapa ilmuwan mengatakan masa yang dicakut dalam penelitian ini terlalu sempit untuk melihat apakah ini disebabkan karena perubahan cuaca atau hanya karena variasi keadaan alam.

Dr Will Steffen dari Climate Council mengatakan penelitian sebelumnya menemukan adanya peningkatan frekuensi kebakaran semak di daerah hutan di Australia bagian tenggara dalam 35 tahun terakhir, dan peningkatan cuaca yang bisa menyebabkan kebakaran semak.

Namun menurutnya, mendapatkan data mengenai frekuensi kebakaran hutan bukanlah hal yang mudah, sehingga dia menyambut baik adanya penelitian yang menggunakan data satelit dari NASA. "Ini akan memberikan data yang konsisten," katanya.

Dr Steffen mengatakan studi yang lebih lama diperlukan untuk menentukan perubahan klim mempengaruhi peningkatan jumlah kebakaran semak. "Dalam soal perubaha iklim, menurut saya diperlukan data minimum 30 tahun untuk melihat apakah ada pola yang lama." katanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement