Ahad 01 May 2016 15:15 WIB

Warga Aborijin Australia Masih Banyak Tertinggal Dibanding Populasi Lainnya

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pemimpin adat Aborijin mengatakan, hasil survei komprehensif tentang warga Aborijin Australia kembali membuktikan bahwa masih banyak yang perlu dilakukan untuk menutup kesenjangan antara masyarakat adat dengan populasi umum.

Biro Statistik Australia melakukan Survei Sosial terhadap warga Aborijin dan Selat Torres Nasional (NATSISS) setiap enam tahun, yang menganalisis berbagai bidang termasuk identitas budaya, jaringan sosial, perumahan, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan.

Dr Paul Jelfs, yang mengepalai Divisi Statistik Kependudukan dan Sosial di Biro Statistik Australia, mengatakan, tujuan dari survei ini adalah untuk melukiskan gambaran dari struktur sosial warga Aborigin dan Selat Torres.

Survei terbaru menemukan, warga Aborijin Australia masih menghadapi diskriminasi rasial, kekerasan dan tingginya tingkat penahanan. Survei tersebut juga menemukan, 1 dari 3 warga Aborijin mengalami diskriminasi ras dan 1 dari 8 di antara mereka mengalami beberapa bentuk kekerasan fisik.

"Satu dari delapan warga Aborijin pernah dipenjara dalam hidup mereka dan kami masih melihat sejumlah banyak orang kembali berhubungan dengan rumah tahanan," kata Dr Paul baru-baru ini.

"Jadi cukup banyak pekerjaan yang harus dilakukan di ruang tersebut," sambungnya.

Ia mengatakan, meskipun ada penahanan dengan tingkat yang tinggi, ada beberapa hasil yang menggembirakan."Apa yang kami lihat di ruang pendidikan adalah bahwa tingkat penyelesaian studi hingga kelas 3 SMA benar-benar sudah naik dari tahun 2002, sekitar 17%, dan sekarang 26%. Jadi ini pertumbuhan yang benar-benar baik," jelas Dr Paul.

"Di ruang kesehatan, kami melihat penurunan tingkat merokok, yakni dari 45% di tahun 2002 menjadi sekarang 39%,” tambahnya.

Ia lantas menyambung, "Jadi itu masih sangat tinggi dibandingkan dengan populasi non-Aborijin, yang hanya 14%, tapi itu akan ke arah yang benar."

NATSISS pertama dilakukan pada tahun 1994 setelah adanya rekomendasi dari Komisi Persemakmuran atas Kematian Warga Aborigjn di Tahanan.

 

Isu kriminal dan keadilan meningkat tajam

Jackie Huggins, wakil ketua Kongres Nasional Masyarakat Pertama Australia, mengatakan, survei itu memang menunjukkan beberapa kemajuan, tetapi tidak cukup dan itu adalah gambaran yang menyedihkan tentang bagaimana Penduduk Asli Australia diperlakukan.

"Kami harus menyadari bahwa hal itu masih sangat drastis dari segi statistik dan hasil yang kami temukan di sini," sebutnya.

Ia mengatakan, dirinya senang dengan perbaikan di bidang pendidikan dan perumahan tetapi perbaikan yang tak ia lihat dalam hal pekerjaan, kejahatan dan kesehatan mengganggunya.

"Isu-isu seperti kejahatan dan keadilan benar-benar meningkat tajam. Dalam hal pekerjaan, 49% warga Aborijin bekerja di daerah non-terpencil, kami masih benar-benar perlu melihat perbaikan atas hasil kerja di daerah terpencil,” jelasnya.

Jackie mengutarakan, "Dan pekerjaan, seperti yang banyak orang tahu terkait dengan kesehatan dan kesehatan kami terkait dengan angka kematian. Dan kami tahu bahwa warga Aborijin Selat Torres meninggal 10-17 tahun lebih cepat dari populasi lain."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement