REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Para peternak Australia yang terkena dampak anjloknya harga susu segar kini dijamin oleh pemerintah dalam bentuk konsesi pinjaman lunak. Pemerintah siapkan dana 555 juta dolar AS (Rp 5,5 triliun) untuk menjaga para peternak bisa bertahan.
Demikian dikemukakan Wakil Perdana Menteri Australia Barnaby Joyce, Rabu (25/5), menanggapi krisis harga susu segar yang terjadi di kalangan peternak di Victoria dan Tasmania.
Para peternak ini dililit utang ratusan ribu dollar setelah perusahaan pengolahan susu terbesar Australia, Murray Goulburn, serta perusahaan Selandia Baru Fonterra menurunkan harga pembelian mereka.
Pengumuman ini disampaikan Joyce yang juga menteri pertanian saat kampanye di kota Tamworth yang merupakan bagian dari daerah pemilihannya, New England.
"Peternak bisa mengajukan pinjaman hingga satu juta dolar AS atau setengah dari jumlah utang mereka sehingga mereka bisa menghadapi krisis yang terjadi," katanya.
Namun kalangan peternak sebelumnya juga cukup skeptis dengan skema pinjaman serupa terutama terkait lamanya masa pencairan.
Murray Goulburn menyatakan penurunan harga pembelian mereka disebabkan terjadinya perubahan nilai tukar dollar Australia, penurunan penjualan susu bubuk di pasar China serta penurunan nilai pasokan susu. Perusahaan ini menurunkan harga pembelia susu segar sekitar 10 persen menjadi kisaran lima dolar/kg.
Sementara Dirut Fonterra Oceania Judith Swales menjelaskan penurunan harga pembelian perusahaannya merupakan dampak dari penguatan nilai tukar dollar Australia. Kini Fontera membeli pasokan susu segar sebesar lima dolar/kg dari sebelumnya 5,6 dolar/kg.
Bagi sejumlah peternak, penurunan harga sedemikian itu berarti sama dengan kerugian selama dua tahun yang terjadi dalam satu hari
Menteri Joyce memastikan paket bantuan pinjaman lunak bagi peternak sapi perah ini merupakan kebijakan yang diambil secara bersama-sama dengan pihak oposisi yang diwakili Menteri Pertanian (bayangan) Joel Fitzgibbon dari Partai Buruh.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
