Kamis 23 Jun 2016 08:37 WIB

Ilmuwan Australia Pasang GPS pada Kakatua yang Terancam Punah

Peneliti Dr Jill Shephard (kiri) dan Kris Warren memasang pemancar satelit di bagian tubuh kakatua Carnaby.
Foto: abc
Peneliti Dr Jill Shephard (kiri) dan Kris Warren memasang pemancar satelit di bagian tubuh kakatua Carnaby.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Teknologi baru tengah digunakan untuk melacak pergerakan kakatua Carnaby di Australia Barat, setelah populasi burung ini menurun 50 persen selama 50 tahun terakhir.

Proyek Ekologi Kakatua Hitam, yang melibatkan satu tim dari Fakultas Kedokteran Hewan dan Sains di Universitas Murdoch, tengah berusaha menghentikan penurunan itu. Para peneliti menandai kakatua Carnaby liar yang telah terluka, dan kemudian direhabilitasi di Kebun Binatang Perth.

Sementara upaya penandaan spesies terancam bukanlah hal baru, teknologi yang bisa menentukan kegiatan dan pergerakan kakatua hingga tingkat yang lebih dalam ini adalah metode baru. Pendekatan baru ini memungkinkan munculnya pemahaman yang lebih besar akan jenis terbaik dari habitat spesies tersebut.

Kakatua disuntik anestesi (bius) dan kemudian diintubasi (dimasukkan selang lewat mulut hingga kerongkongan) untuk prosedur sepanjang 40 menit. Pertama, pemancar satelit dijahit dan direkatkan ke dua bulu ekor pusat.

Kemudian, pelacak GPS bertenaga surya dipasang melalui panel yang ditempatkan pada bulu belakang kakatua. Terakhir, burung ditandai untuk identifikasi dan pelacakan tujuan. Setiap burung memiliki nomor individu di penanda kaki berwarna perak, dan bulu mereka ditandai.

Peneliti bernama Associate Profesor Chris Warren mengatakan, hal ini adalah langkah besar menuju upaya pelestarian spesies tersebut.

"Kami harap kami akan bisa mengidentifikasi krisis makanan dan habitat kembang biak dengan mempelajari burung-burung ini dan kawanan yang mereka dekati di alam liar. Jika kami bisa memahami cara mereka menggunakan habitat dengan lebih baik, kami bisa bekerja untuk melestarikan habitat itu dan itulah yang benar-benar dibutuhkan untuk menyelamatkan spesies yang terancam punah ini," harapnya.

Pemancar satelit yang dipasang di burung tersebut mengumpulkan data delapan kali sehari, sedangkan pelacak GPS menyediakan data setiap 10 menit. Jill Shephard mengatakan, ini adalah penelitian yang menarik.

"Kami mendapat gambar tentang aktivitas burung tersebut pada saat itu dalam ruang tiga dimensi. Jadi ia bisa terekam saat terbang, saat bersarang, saat makan, atau bisa jadi saat di darat sedang minum air. Tingkat detailnya sangat tinggi dan data ini memungkinkan kami untuk membuat keputusan yang lebih baik untuk perencanaan konservasi," sebutnya.

Sebanyak 24 kakatua saat ini sedang dilacak, dengan studi ini akan dilakukan selama periode lima tahun.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/teliti-penurunan-populasi-ilmuwan-australia-pasang-gps/7531372
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement