Sabtu 25 Jun 2016 03:30 WIB

Atlet Australia Hayder Shkara Lawan Rasisme

Red:
abc news
Foto: abc news
abc news

Ia akan mewakili Australia di Olimpiade Rio 2016, tapi pekerjaan sehari-harinya sebagai pengacara membuat Hayder Shkara mengalami kesulitan nyata. Pengacara asal Sydney, yang sangat terlibat dalam proyek komunitas pemuda, ini mengatakan, rasisme masih lazim di kalangan praktisi hukum Australia.

Seorang pengacara dan yang segera jadi atlet Olimpiade ini telah mengutuk rasisme dalam komunitas hukum Australia.

"Anda bisa menyebutnya marjinalisasi budaya atau stereotip, tapi pada akhirnya bagi saya, jika Anda membedakan ras, itu sejujurnya rasisme," kata Hayder Shkara, seorang pengacara Sydney yang akan mewakili Australia pada cabang taekwondo di Olimpiade Rio 2016 mendatang.

"Kami hanya tak ingin mengatakan hal itu," ujarnya.

Hayder Shkara Hayder Shkara, pengacara. 

Supplied; BYRNES LEGAL

Hayder, yang ayahnya bermigrasi dari Irak pada tahun 1984, mengatakan, ada perbedaan mencolok antara jumlah pengacara dari latar belakang imigran dengan mereka yang memiliki posisi sebagai mitra senior atau anggota peradilan.

"Saya membaca studi pada suatu hari dan dari situ bisa dilihat bahwa ada 0,8% penduduk Australia keturunan Asia yang telah dipromosikan ke pengadilan di Australia, yang sebenarnya data konyol jika Anda berpikir tentang semua pengacara Australia keturunan Asia yang pernah anda lihat," kemuka Hayder.

Studi tahun 2015 itu diterbitkan oleh Asosiasi Pengacara Australia Keturunan Asia, yang menerapkan istilah 'atap bambu' untuk mengacu pada kesulitan yang dialami pengacara keturunan Asia untuk maju ke posisi senior.

Hayder Shkara Hayder Shkara diajak berolahraga. 

ABC

Hayder menunjukkan, ada masalah budaya yang sistemik yang mewabah di sekolah-sekolah hukum Australia, yang menghasilkan dunia hukum di negara ini didominasi oleh orang kulit putih.

“Belajar di sekolah hukum, yang sangat didominasi oleh kulit putih Anglo Saxon, itu budaya yang sangat putih, Anda merasa seperti Anda tak cocok di dalamnya,” ungkap Hayder.

"Jika Anda tak bersekolah di kampus swasta, jika Anda tak bermain olahraga yang semua mahasiswa hukum biasa mainkan, seperti rugby, berlayar dan dayung, jika Anda melakukan sesuatu yang aneh seperti taekwondo dan memiliki latar belakang imigran yang berbeda, secara otomatis Anda terbuang,” ratapnya.

Perasaan terisolasi-lah yang membuat Hayder dan teman-temannya membangun Pusat Pemuda ‘Youth Centre’, untuk membantu mereka yang kurang beruntung, terutama imigran muda, di Sydney barat.

"Sangat sulit bagi anak-anak ini untuk merasa diterima di negara yang membanggakan dirinya dalam sektor multikulturalisme," sebut sang atlet.

Hayder menambahkan, "Mereka melihatnya sebagai tempat di mana mereka bisa merasa santai dan terlibat di komunitas mereka, yang tak mudah untuk didapatkan di Australia zaman modern."

Hayder Shkara Aksi menendang oleh Hayder Shkara. 

ABC

Pusat Pemuda ‘Youth Centre’ memberikan layanan pendampingan dan konseling -serta kelas taekwondo sesekali waktu.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterbitkan dan diperbarui: 23:30 WIB 24/06/2016 oleh Nurina Savitri.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement