Rabu 29 Jun 2016 19:40 WIB

Label Indonesia Bersaing di Kompetisi Busana Wol Internasional

Para desainer yang masuk nominasi Woolmark Prize 2016 yang mewakili Indonesia di tingkat Asia: Toton Januar (pojok kiri), MajorMinorMaha (3 berderet di tengah), Vinora (dua dari kanan), bersama dengan CEO Femina Group-Svida Alisjahbana, dan Dubes Australia
Foto: abc
Para desainer yang masuk nominasi Woolmark Prize 2016 yang mewakili Indonesia di tingkat Asia: Toton Januar (pojok kiri), MajorMinorMaha (3 berderet di tengah), Vinora (dua dari kanan), bersama dengan CEO Femina Group-Svida Alisjahbana, dan Dubes Australia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga label fashion asal Indonesia turut berkompetisi dalam ajang penghargaan fashion  Woolmark Prize untuk pertama kalinya. Merancang busana berbahan wol, kesempatan ini semakin membuka peluang kerja sama industri fashion Indonesia-Australia.

Toton, Major Minor Maha dan Vinora adalah tiga label yang mewakili Indonesia di ajang Woolmark Prize 2016 untuk seleksi tingkat Asia. Bersama 17 desainer Asia lainnya, ketiga perancang Indonesia ini akan memperebutkan dua kursi untuk maju ke tingkat global pada 11 Juli 2016.

Woolmark Prize sendiri adalah ajang penghargaan desain fesyen internasional yang dimulai sejak tahun 2008 di Paris dan diperuntukkan bagi label fesyen yang berumur kurang dari enam tahun. Untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini, ketiga label diwajibkan untuk membuat koleksi dengan bahan baku wol merino (wol dengan tekstur terhalus), material yang jarang dipakai oleh desainer Indonesia.

“Kami memang diharuskan untuk memakai paling tidak 85-100 persen merino wool jadi dari situ kami coba untuk buat kain baru. Kami impor benang, kami memproduksi kain. Nah itu sesuatu yang baru,” tutur Ari Seputra dari Major Minor Maha.

“Kita kan melihat perancang Indonesia itu semakin kuat, tak lama lagi mereka akan menjadi pemain kawasan, dan kemudian pemain global. Ketika mereka masuk pasar di luar Indonesia, mereka harus siap dengan koleksi musim semi/musim panas dan musim gugur/musim dingin. Nah, untuk membuat koleksi musim gugur/musim dingin, mereka juga butuh akses ke wol,” jelas Svida Alisjahbana, CEO Femina Group, lembaga yang ditunjuk Australia untuk menyeleksi desainer Indonesia ke Woolmark Prize.

Ia lantas menceritakan, “Dari situ kami mengajak Woolmark, Departemen Perdagangan Australia dan Pusat Australia-Indonesia untuk memberi akses kepada desainer Indonesia memahami dan mempelajari wol. Keterlibatan ini semua berawal dari situ.”

“Sekarang faktanya, Indonesia masuk dalam kompetisi ini, dan kita adalah negara Asia Tenggara pertama yang masuk. Sementara lainnya berasal dari China, Jepang, Korea, India,” sambung Svida kepada Australia Plus ketika ditemui di acara pelepasan ketiga desainer di kediaman Dubes Australia, di Jakarta (23/6).

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/gaya-hidup-nad-kesehatan/rancang-baju-dari-wol-australia-3-label-indonesia-bersaing/7552060
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement