Sabtu 01 Oct 2016 22:09 WIB

Australia Diklaim Sebagai Pelopor Dunia Pengobatan Hepatitis C

Penderita hepatitis akut yang telah mencapai fase sirosis dan kanker hati (ilustrasi)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Penderita hepatitis akut yang telah mencapai fase sirosis dan kanker hati (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Penelitian terbaru menunjukkan, makin banyak orang di Australia yang berpeluang untuk sembuh dari hepatitis C pada tahun ini dibanding dua dekade terakhir.

Laporan yang disusun Institut Kirby di Universitas New South Wales menunjukan, sekitar 230 ribu orang menderita hepatitis C diseluruh Australia tahun lalu, tapi hanya 1 dari 5 pasien saja yang menerima pengobatan. Penyakit Hepatitis C ditularkan melalui kontak darah dan kerap tersebar akibat praktik penggunaan jarum suntik bersama.

Pengobatan anti-virus oral, dengan tingkat penyembuhan di atas 90 persen telah dimasukan dalam daftar obat-obatan yang mendapat subsidi dari pemerintah Australia melalui Skema Manfaat Obat-Obatan (PBS) pada Bulan Maret lalu. Dan sejak saat itu lebih dari 26 ribu penderita Hepatitis C mampu mengakses bantuan itu.

Professor Gregory Dore mengatakan, hasil dari laporan ini menempatkan Australia sebagai negara terdepan dalam pengobatan Hepatitis C. “Tak diragukan lagi bahwa Australia berhasil membuat iri dunia,” katanya.

“Dalam lima bulan pertama sejak akses pengobatan dimulai, lebih dari 10 persen penduduk Australia yang menderita hepatitis C kronis telah menggunakannya. Jika membandingkan pencapaian ini dengan banyak negara lain dalam kurun waktu 12 bulan pertama pengobatan, jika anda berhasil mengobati lima persen atau tujuh persen penderita di tahun pertama maka anda sudah dianggap sangat baik.”

Virus meningkat di kalangan komunitas Aborigin

Sementara itu, jumlah warga Aborijin dan Selat Torres yang menderita hepatitis C meningkat lebih dari 40 persen dalam lima tahun terakhir. Glenn Wagner dari komunitas Aborigin Gadigal mengatakan, pengobatan hepatitis C tidak selalu sederhana mengingat efek samping yang ia alami selama pengobatan awal penyakit ini.

"Berat badan saya turun 35 kilo, saya tidak nafsu makan, semuanya terasa seperti kardus. Kadang-kadang saya bisa tidur, kadang-kadang tidak. Begitu saya disuntik, 2-3 hari berikutnya saya tak bisa melakukan apa-apa,” tuturnya.

Sejak mengonsumsi obat tablet baru ini, Wagner mengaku tidak merasakan efek samping apa-apa. Tapi sebagian besar warga Aborigin penderita hepatitis C tidak menunjukan hasil yang positif, dengan tingkat diagnosa di antara mereka 3-4 kali lebih tinggi dibanding komunitas non-Aborigin.

“Tidak diragukan lagi bahwa hepatitis C dan hepatitis B, dalam hal ini, memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap populasi warga Aborijin di Australia,” kata Professor Dore.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/pengobatan-hepatitis-c-di-australia-paling-unggul-di-dunia/7891182
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement