Rabu 22 Feb 2017 10:13 WIB

Uber Selidiki Tuduhan Pelecehan Seksual di Perusahaannya

Postingan blog mantan pegawai Uber, Susan Fowler, memicu dilakukannya penyelidikan.
Foto: ABC
Postingan blog mantan pegawai Uber, Susan Fowler, memicu dilakukannya penyelidikan.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Perusahaan penyedia layanan transportasi berbasis aplikasi Uber mengumumkan dilakukannya penyelidikan mendesak atas klaim pelecehan seksual dan diskriminasi serta ancaman dari manajemen terhadap karyawan yang protes, di perusahaannya.

Dalam postingan blog sebanyak 3.000 kata yang telah beredar luas, mantan karyawan Uber, Susan Fowler merinci apa yang ia gambarkan sebagai tahun yang sangat, sangat aneh di Uber. Susan menuduh, pada hari pertamanya sebagai seorang pemrogram dan insinyur di Uber, manajernya melontarkan ajakan bernada seksual dalam sistem percakapan internal perusahaan.

Susan mengatakan, ketika ia mengeluhkan kejadian itu kepada bagian sumber daya manusia atau (HRD), ia justru dipecat. "Manajemen atas mengatakan kepada saya bahwa ia [pelaku] adalah pejabat tinggi dan mereka sungkan untuk menghukum manajer itu atas tindakan yang mungkin dianggapnya sebagai kesalahan yang tak disengaja," tulis Susan.

Ia mengatakan, promosi karirnya terhenti setelah insiden itu, dan ia meninggalkan perusahaan itu setelah protesnya lebih lanjut tentang pelecehan dan seksisme yang ia layangkan tak ditanggapi. Setelah tulisan Susan diunggah secara daring awal pekan ini, tulisan itu telah diteruskan puluhan ribu kali.

Menanggapi hal tersebut, CEO Uber Travis Kalanick kemudian mengumumkan adanya penyelidikan penuh lewat akun Twitter. "Apa yang dijelaskan di sini adalah kekejian & bertentangan dengan segala sesuatu yang kami yakini. Siapapun yang berperilaku seperti ini atau berpikir bahwa tindakan ini baik-baik saja, akan dipecat," unggahnya di Twitter.

"Saya sudah menginstruksikan kepala departemen sumber daya manusia kami, yakni Liane, untuk melakukan penyelidikan mendesak. Benar-benar tak ada tempat untuk perilaku semacam ini di Uber."

Travis Kalanick
CEO Uber, Travis Kalanick, mengatakan, tuduhan itu mengerikan.

Reuters: Robert Galbraith

Pelecehan seksual di bidang teknologi dianggap bukan hal baru

Jenine Beekhuyzen, ketua gerakan ‘Tech Girls’ (Perempuan di Bidang Teknologi) di Australia mengatakan tuduhan yang dilayangkan Susan Fowler bukanlah hal yang baru saat ia masih bekerja di Uber. "Sayangnya itu tak se-tertutup yang mereka pikirkan, dan kami tak mendengar banyak tentang hal itu karena pada dasarnya para perempuan tak membicarakan hal-hal semacam itu," kata Dr Beekhuyzen.

"Karena kalau kami berbicara tentang hal itu maka kami harus berurusan dengannya, dan jika kami melakukan itu setiap hari dan membahasnya maka kami tak akan pernah bertahan sepanjang hari," pendapat Dr Beekhuyzen.

Dr Beekhuyzen -yang organisasinya mempromosikan tempat kerja bidang IT yang lebih beragam -mengatakan, selama bertahun-tahun, ia telah mengalami banyak seksisme dalam bekerja di industri teknologi. "Asumsi langsungnya Anda tak memiliki keterampilan karena Anda seorang perempuan, asumsinya adalah bahwa perempuan berada di ruangan untuk mencatat dan membawakan kopi serta hal-hal semacam itu," ujarnya.

Uber adalah salah satu dari sedikit perusahaan teknologi besar yang belum mempublikasikan statistik tentang keragaman di tempat kerjanya. Dalam postingan di blognya, Susan Fowler mengklaim departemen tempat ia ditugaskan di Uber terdiri dari sekitar 25 persen perempuan ketika ia mulai bekerja, tapi turun menjadi kurang dari 6 persen saat ia pergi.

Dr Beekhuyzen mengatakan, hanya untuk menempatkan perempuan bekerja di industri ini saja sudah begitu sulit. "Kami tidak meminta perempuan masuk ke industri teknologi, tetapi begitu mereka masuk dan semacam berjuang menjalaninya, lalu mereka dihadapkan dengan sejumlah tantangan seperti ini," sebutnya.

Menurut Dr Beekhyuzan, perempuan yang bekerja di industri teknologi memiliki tanggung jawab yang sama banyak dengan laki-laki untuk menciptakan perubahan. "Semua staf harus mengikuti pelatihan prasangka di bawah sadar, dan pelatihan semacam ini perlu diikuti juga oleh perempuan -perempuan juga terlibat dalam prasangka di bawah sadar, kami kalangan perempuan juga pantas disalahkan," utaranya.

"Prasangka ini telah mendarah daging dan Anda tak menyadari dampaknya," imbuh Dr Beekhyuzan.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterbitkan: 15:45 WIB 21/02/2017 oleh Nurina Savitri.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/uber-lakukan-penyelidikan-atas-tuduhan-pelecehan-di-dalam-perus/8291080
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement