Rabu 15 Mar 2017 17:01 WIB

Murid SD Australia Tetap Ketinggalan di Bidang Matematika dan Sains

Laporan terbaru menyebutkan murid-murid Kelas 6 SD di Australia tetap ketinggalan dalam mata pelajaran sains dan matematika.
Foto: ABC
Laporan terbaru menyebutkan murid-murid Kelas 6 SD di Australia tetap ketinggalan dalam mata pelajaran sains dan matematika.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Murid-murid Kelas 6 SD di Australia ternyata tetap ketinggalan dalam pencapaian matematika dan sains. Hal itu terungkap dalam laporan nasional yang menyebutkan minat murid-murid Kelas 6 pada sains tidak juga mengalami peningkatan dalam satu dekade.

Laporan yang dibuat Australian Curriculum, Assessment and Reporting Authority (ACARA) itu menemukan hanya 55 persen murid secara nasional yang dinilai mampu di bidang pelajaran sains. Laporan ini memperkuat gambaran mengenai murid-murid Australia yang tertinggal di bidang sains dan matematika di seluruh dunia.

Tapi untuk pertama kalinya, laporan itu menyebutkan hasil pencapaian murid perempuan di bidang sains melampaui murid laki-laki. Laporan lengkap Trends in International Mathematics and Science Study and the Programme for International Student Assessment untuk tahun lalu juga telah dirilis hari ini, Rabu (15/3).

Laporan itu menunjukkan bahwa Australia telah dilampaui oleh banyak negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), dan bahwa status sosial ekonomi menjadi penentu terbesar dari keberhasilan. Terungkap kinerja murid kurang beruntung di sekolah-sekolah Australia ketinggalan tiga tahun masa sekolah dibandingkan rekan-rekannya yang berkinerja lebih tinggi.

Dalam bidang sains, ACARA menguji sampel murid-murid kelas 6 setiap tiga tahun. Sekitar 12 ribu murid kelas 6 itu ikut tes sains pada bulan Oktober dan November 2015.

'Sulit mengajarkan sains'

Stanley Rabinowitz dari ACARA menjelaskan hanya separuh lebih dari murid-murid itu yang mencapai hasil standar atau di atas standar memadai. "Masih belum sebanyak murid yang kita inginkan memenuhi standar itu," katanya, "Sekitar 55 persen memenuhi standar kemampuan dan jumlah itu sama dengan tiga tahun lalu ketika kami mengujinya."

Sekelompok ahli, termasuk dosen perguruan tinggi, pengawas kurikulum dan guru SD berpengalaman, menentukan standar kemampuan tersebut, yang didefinisikan sebagai "standar menantang" karena ditetapkan di atas keterampilan dasar SD.

Dr Rabinowitz, yang juga general manager ACARA bidang penilaian dan pelaporan, mengatakan standar kemampuan ditetapkan sesuai dengan standar internasional dan bisa dicapai.

"Kami menemukan kita mendapatkan hasil lebih tinggi dari rata-rata internasional dalam penilaian ini, meskipun beberapa negara mencapai hasil pada tingkat yang lebih tinggi dari kita," jelasnya.

"Ada perubahan signifikan dalam kurikulum di negara-negara tersebut dan mungkin lebih menekankan pada instruksi sains sehingga berhasil meningkatkan prestasi sains," jelasnya.

Untuk pertama kalinya, ACARA menyediakan contoh pelajaran di kelas dan cara melacak dan mengukur prestasi siswa guna membantu guru meningkatkan kinerja murid mereka. "Saya kira memang sulit untuk mengajarkan sains," kata Dr Rabinowitz.

"Kami berpikir semua guru dapat melakukannya dengan dukungan lebih. Dan begitu juga kurikulum, contoh soal yang berhubungan dengan kurikulum, serta upaya-upaya yang terkait dengan pihak berwenang setempat, kesemuanya seharusnya lebih mempersiapkan guru-guru bidang pelajaran umum ini," katanya.

Kebanyakan mau belajar sains

ACARA mendefinisikan pemahaman mata pelajaran sains sebagai kemampuan siswa menerapkan pemahaman konseptual yang luas mengenai sains dalam memahami dunia, memahami fenomena alam, dan menafsirkan laporan media tentang isu-isu ilmiah.

Yang juga turut diukur adalah kemampuan mengajukan pertanyaan yang menyelidiki, melakukan penyelidikan, mengumpulkan dan menafsirkan data serta membuat keputusan. Untuk murid laki-laki dan perempuan yang ikut tes untuk pertama kalinya, menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan.

Murid perempaun tampil lebih baik dibanding murid laki-laki secara nasional. Hal ini merupakan perubahan dari tahun 2012, saat rata-rata murid perempuan tidak lebih tinggi secara signifikan daripada murid laki-laki.

Murid-murid pribumi secara statistik memiliki prestasi rata-rata lebih rendah dibandingkan mahasiswa non-pribumi. Hanya 31 persen dari murid kelas 6 SD di negara bagian Northern Territory yang dinilai menguasai bidang sains.

Namun antusiasme untuk belajar sains di kalangan murid cukup tinggi, karena lebih dari 85 persen murid mengatakan ingin belajar sains lebih banyak lagi di sekolah serta 69 persen murid menyatakan percaya bahwa akan menarik untuk menjadi saintis.

Seorang guru sains di sebuah SD, Jenni Webber, yang juga anggota Australian Science Teachers Association mengatakan laporan ini merupakan peringatan sekali lagi. "Laporan ini umumnya jadi keprihatinan," kata Webber seraya menambahkan, "Kita jelas memliki ruang untuk perbaikan."

Webber mengatakan sementara hasil pelajaran membaca dan berhitung menjadi perhatian utama dalam beberapa tahun terakhir, prestasi bidang sains belum juga menjadi fokus. "Hal-hal itu yang cenderung mendapatkan perhatian media, cenderung mendapatkan peringkat atas di website, dan menimbulkan banyak diskusi, yaitu di sekitar literasi dan kemampuan berhitung," katanya.

Diterbitkan Pukul 10:45 AEST 15 Maret 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/studi-nad-inovasi/murid-sd-di-australia-tetap-ketinggalan-di-bidang-matematika-da/8355864
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement