Senin 09 Oct 2017 13:54 WIB

Irak Ancam Hukum Mati 100 Militan ISIS Asal Eropa

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Anggota pasukan reaksi cepat Irak menembakkan mortar kepada posisi militan ISIS di barat Mosul, Irak, 31 Mei 2017.
Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis
Anggota pasukan reaksi cepat Irak menembakkan mortar kepada posisi militan ISIS di barat Mosul, Irak, 31 Mei 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Sebanyak 100 militan ISIS asal Eropa segera diadili di Irak. Mayoritas ekstremis tersebut terancam hukuman mati. Ratusan tahanan militan itu berasal dari Belgia, Russia, Ceko, dan Asia Tengah.

Duta Besar Belgia untuk Irak, Jawad al-Chlaihawi mengatakan, di antara militan itu ada warga asal Inggris, Mohammed Emwazi atau yang dikenal dengan sebutan 'Jihadi John'. Emwazi dipercaya terbunuh dalam serangan drone di Raqqa, Suriah pada 2015 kemarin.

Seperti diwartakan Independent, Senin (9/10) Chlaihawi mengatakan, ada sekitar 1.400 anggota keluarga pejuang asing yang diduga anggota ISIS, termasuk anak-anak. Ribuan anggota keluarga tersebut saat ini tengah ditahan di dekat Mosul.

Chlaihawi mengungkapkan, mereka kebanyakan berasal dari Turki dan bekas negara Soviet di Asia Tengah. Namun, ada juga yang diyakini sebagai beberapa orang Prancis dan Jerman.

Chlaihawi mengatakan, Irak harus bekerja dengan pemerintah Eropa untuk menentukan apa yang harus terjadi pada mereka. Meskipun, beberapa negara sudah tidak ingin menerima mereka.

Masih belum jelas apa yang akan terjadi pada keluarga dan anak-anak anggota ISIS. Komando Operasi, Kolonel Ahmed al-Taie mengatakan, pihaknya masih mengamankan dan berada dalam pengawasan ketat menunggu keputusan pemerintah. "Kami memperlakukan mereka dengan baik. Mereka adalah keluarga penjahat yang membunuh orang tak berdosa, tapi saat kami menginterogasi hampir semua mengaku telah disesatkan oleh propaganda ISIS yang jahat," katanya.

Sementara, pertarungan melawan ISIS diyakini memasuki tahap penutupan di Irak dan Suriah. Mosul, kubu terbesar kelompok ekstremis di negara tersebut dibebaskan oleh pasukan Irak pada Juli lalu dengan menewaskan ribuan warga sipil dalam pertempuran selama sembilan bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement