Selasa 21 Mar 2017 11:45 WIB

Pejabat Australia yang Senang Makanan Indonesia

Rep: Erwin Renaldi/ Red:
abc news
Foto: abc news
abc news

Robin Scott adalah Menteri Urusan Multukultur di negara bagian Victoria, Australia. Tapi tidak hanya di tingkat masyarakat luas, sisi multikulturnya juga menghiasi kehidupan pribadinya.

Scott_HarmonyDay_21032017
Robin Scott, Menteri Urusan Multikultural dan Menteri Keuangan di negara bagian Victoria.

ABC: Erwin Renaldi

Robin memiliki seorang istri yang berasal dari China Selatan.

"Istri saya adalah orang China. Ia berasal dari Provinsi Guangdong," ujarnya.

"Ia adalah orang Teochew, tapi makanan dari sana bukan favorit saya. Saya lebih suka masakan pedas seperti dari China Barat, makanan Sichuan, misalnya Mapo tofu dan 'Huoguo'," ujarnya saat ditemui Erwin Renaldi dari ABC Australia Plus.

Karena kegemarannya akan makanan pedas, Robin mengaku senang juga dengan masakan Indonesia.

"Saya suka masakan yang pedas. Jadi, kari ayam dan jenis kari lainnya dari Indonesia benar-benar lezat, apalagi kalau pakai nasi," kata Menteri Robin Scott.

"Saya senang masakan pedas, kari Indonesia yang enak itu kalau membuat sedikit berkeringat," ujarnya sambil tersenyum.

Tonton video Menteri Robin Scott menyanyi dalam bahasa Cina di sini.

Peran penting makanan dalam masyarakat multikultur

Menurut Robin, makanan memegang peranan penting bagi masyarakat yang memiliki keberagaman budaya.

"Makanan adalah ekspresi budaya, orang-orang memiliki makanan beragam yang mewakili budaya dan latar belakang sejarah dari mana mereka berasal," jelas Robin.

"Makanan juga menjadi cara yang hebat untuk menghilangkan batasan antar warga," tambahnya. "Makan bersama, berbicara, dan dengan mencicipi makanan, kita bisa menghargai sejarah budaya dan juga nilai dari budaya yang berbeda."

Setiap tanggal 21 Maret, Australia memperingati 'Harmony Day', yang merayakan keberagaman budaya dan asal-usul warganya.

Scott2_HarmonyDay_21032017
Foto Robin dan istrinya menghiasi lemari di kantornya.

ABC: Erwin Renaldi

Salah satu kegiatannya adalah mengajak kantor-kantor untuk menggelar acara makan-makan sederhana. Para karyawan diminta untuk membawa makanan dari negara asalnya masing-masing, untuk kemudian dinikmati bersama.

Tapi, Robin berharap saling mengenal satu sama lain tidak hanya saat merayakan 'Harmony Day'. Ia berharap setiap hari ada upaya untuk menghargai keberagaman dan memahami satu sama lain, khususnya bagi mereka yang berasal dari latar belakang yang berbeda.

"Kita sebaiknya keluar, berbicara dengan seseorang yang berasal dari latar belakang budaya berbeda, untuk merasa diterima dan mengenal orang lain yang berasal dari agama yang berbeda, dibesarkan dengan bahasa yang beda, dan menemukan cara bagaimana kita bisa memiliki keterikatan."

Scott3_HarmonyDay_21032017
Robin David Scott, lahir di Melbourne dan menikah dengan perempuan asal China.

ABC: Erwin Renaldi

Sensus kependudukan di negara bagian Victoria menyebutkan 48 persen dari warga memiliki orang tua yang lahir di luar Australia. Ini menjadikan Melbourne, ibu kota Victoria menjadi salah satu kota dengan kebudayaan paling beragam.

Dari sensus tersebut diketahui warga di Victoria memiliki setidaknya satu dari orang tua mereka lahir di luar Australia.

Menurut Robin, Melbourne telah sukses menjadi sebuah kota multikultur di Australia.

"[Kesuksesan] ini dinilai dari kehidupan bermasyarakat yang terbuka dengan kedatangan orang baru, menjadikannya sebagai kesempatan, juga dimana kita melihat orang dari latar budaya dan agama yang berbeda hidup berdampingan dengan damai."

Simak wawancara selengkapnya dalam video berikut ini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement