Rabu 24 May 2017 16:01 WIB

Mahasiswa Sydney Kecam Pemukulan Empat Perempuan Berjilbab

Mahasiswa dan staf University of Technology Sydney menggelar aksi demo mengecam tindakan rasis yang dialami empat mahasiswi berjilbab, 23 Mei 2017
Foto: ABC
Mahasiswa dan staf University of Technology Sydney menggelar aksi demo mengecam tindakan rasis yang dialami empat mahasiswi berjilbab, 23 Mei 2017

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sedikitnya 150 mahasiswa dan staf melakukan aksi demonstrasi di luar kampus University of Technology Sydney (UTS) Australia, memprotes dugaan serangan terhadap empat mahasiswi Muslim.

Dua pekan lalu empat wanita yang mengenakan jilbab, berusia antara 18-23 tahun, diduga diserang oleh seorang wanita berusia 39 tahun di luar gedung kampus tersebut. Tiga di antaranya adalah mahasiswa UTS sedangkan yang lainnya adalah mahasiswa University of New South Wales (UNSW).

Pelaku tersebut telah ditangkap polisi dan jadi tersangka melakukan serangan secara fisik. Para demonstran berkumpul di depan menara UTS, sebelum berjalan ke lokasi kejadian dimana mereka menuliskan pesan mengecam rasialisme dan menyambut warga Muslim.

Mahasiswa hukum dan politik Aishah Ali dari Asosiasi Muslim UTS mengatakan kaget dan kecewa saat mengetahui adanya serangan tersebut. "Hal itu membuat saya merasa sangat cemas dan paranoid pekan itu. Hal itu bisa terjadi pada saya. Saya selalu melewati bangunan itu," katanya.

"Kita seharusnya tidak perlu selalu berjaga-jaga [atau] terus terbebani dengan paranoia di lingkungan yang dianggap sebagai tempat belajar yang aman. Wanita atau bukan, Muslim atau bukan, kita tidak pantas takut," katanya.

Ali menganggap tindakan rasialisme perlu diungkap dan dikutuk di depan umum. "Saya kira penting bersikap aktif terhadap isu-isu seperti ini agar tidak menjadi hal yang normal," katanya.

"Kami ingin menyebarkan kesadaran mengenai hal ini, kesadaran untuk berdiri dan tidak takut pada konsekuensinya, terutama jika ada berhubungan dengan masyarakat luas," ujarnya.

"Masalah ini mempengaruhi setiap orang dengan cara berbeda," katanya.

Verity Firth dari Unit Keadilan Sosial, Kesetaraan dan Keanekaragaman di UTS mengatakan universitas tersebut secara aktif menentang rasisme. Rektor kampus itu pun telah memberikan masukan pada usulan perubahan Pasal 18C dari Undang-Undang Diskriminasi Rasial di Australia.

"Kami bertekad untuk membangun budaya kampus yang inklusif dan terbuka," katanya.

"Saya bersama Anda semua di sini hari ini berjanji tidak mentolerir rasialisme di kampus kita," ujarnya.

Diterbitkan Rabu 24 Mei 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari berita ABC News.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/mahasiswa-sydney-kecam-pemukulan-4-wanita-berjilbab/8553924
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement