Kamis 29 Jun 2017 06:13 WIB

Hambali Rencanakan Serang Sekolah

Wisatawan mancanegara membaca nama-nama korban bom pada Monumen Bom Bali, di Legian, Kuta, Bali.
Foto: Antara
Wisatawan mancanegara membaca nama-nama korban bom pada Monumen Bom Bali, di Legian, Kuta, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sesudah hampir 15 tahun, tanpa penjelasan tentang alasannya, Amerika Serikat menjatuhkan tuntutan kepada sosok kunci aksi pengeboman kelab malam di Bali (2002) dan Hotel Marriott di Jakarta (2003).

Riduan "Hambali" Isomuddin diduga telah merencanakan pengeboman dan bisa dihukum mati jika tuntutan yang dijatuhkan oleh penuntut perang AS diajukan ke pengadilan. Langkah ini punya kepentingan yang mendalam bagi Australia, yang kehilangan 88 warganya pada serangan yang menewaskan 202 jiwa.

Berkas tuntutan yang didapatkan ABC News terbaca mengerikan, menjabarkan sejumlah rencana serangan teroris di Australia, Singapura, Indonesia, Filipina dan Thailand. Itu memperlihatkan kembali betapa terhubungnya jaringan teroris Jemaah Islamiah (JI) di Indonesia dengan sel teror di Timur Tengah.

Didesak bin Laden

Hambali ditahan tahun 2003 dan disekap oleh CIA selama tiga tahun
Hambali ditahan tahun 2003 dan disekap oleh CIA selama tiga tahun. Reuters: Police handout

Dokumen yang berasal dari penuntut perang di Pentagon menegaskan Hambali yang merupakan anggota penting JI menjadi dekat dengan [Usamah] bin Laden dan jaringan Alqaidah. Menurut penuntut, langkah pertama Hambali masuk ke kekerasan terorisme terjadi pada 1998, setelah didesak oleh bin Laden.

Kemudian ia membentuk sebuah kelompok anggota JI untuk mengenali target militer AS dan sipil di Singapura. Kelompok ini pernah merencanakan sejumlah serangan potensial — termasuk mengebom sebuah bis yang mengangkut anggota militer AS, yang dijuluki sebagai "penyerangan terminal bus Singapura", dan menyerang kapal perang AS di Selat Johor.

Pada 2001, sesuai arahan Hambali, dilaksanakan pengintaian fisik atas kedutaan besar AS dan Israel di Filipina. Kedutaan besar AS, Israel dan Inggris di Singapura juga dianggap sebagai sasaran serangan potensial.

Abu Bakar Bashir — pimpinan spiritual JI — menyetujui rencana itu dari Solo, Indonesia. Itu terungkap dalam dokumen tuntutan setebal 23 halaman.

Serangan ke Australia

Berkas tuntutan juga menggambarkan kesepakatan Hambali dengan Jack Roche, anggota JI dari Australia, berdasarkan pertemuan keduanya di Kuala Lumpur tahun 2000 untuk mendiskusikan target AS dan Israel di Australia. Hambali juga mendanai perjalanan Roche ke Afghanistan.

Dokumen itu menyebutkan Roche disediakan uang 4.000 dolar AS untuk mengatur pengintaian terhadap konsulat Israel di Sydney dan kedutaan AS dan Israel di Canberra. Pada 2000, menurut dokumen itu, Hambali memerintahkan serangan ke gereja-gereja di Indonesia pada malam Natal.

Pengeboman itu menewaskan 19 orang dan melukai 121 orang. Antara September dan November 2001, dokumen itu menyebutkan Hambali memilih empat warga negara Malaysia untuk ikut serta pada serangan bunuh diri pasca 9/11.

Mereka berbicara langsung dengan bin Laden pada pertemuan yang diatur oleh Hambali. Dokumen itu juga menggambarkan pembicaraan tentang rencana serangan 9/11 yang lain terhadap Kalifornia.

Antara January 2002 dan Juni 2003, Hambali mengatur pengintaian terhadap loket maskapai El Al di bandara Bangkok "untuk mengetahui berapa banyak orang di dekat loket itu saat jam tersibuk setiap harinya dalam rangka merancang rencana melakukan serangan teror yang menargetkan pelanggan orang Israel".

Target sekolah

Mengenai pengeboman kelab malam tahun 2002 yang mana Hambali menghadapi tujuh tuntutan, dokumen itu menjelaskan ia mau sebuah rencana untuk mengganti serangan ke Singapura dan ia tidak menyangka begitu banyak orang yang tewas dan ia terkejut dengan hasilnya.

Pada pertengahan Juli 2003, Hambali memerintahkan sekitar 50 ribu dolar AS ditransfer dari Thailand ke Indonesia dan pengintaian terhadap beberapa target di Jakarta dimulai.

"Kelompok itu menentukan target potensial untuk diserang: Hotel JW Marriott, gedung Citibank, kompleks perumahan CALTEX, Jakarta International School, Australian International School, pasar swalayan Chem Chex (mungkin yang dimaksud Kem Chicks), dan pasar swalayan Hero," sebut dokumen itu.

Pada Agustus 2003, 11 orang, termasuk 10 warga Indonesia tewas setelah bom di dalam truk diledakkan di luar Hotel JW Marriott di Jakarta. Tujuh tuntutan atas Hambali juga berkaitan dengan serangan itu.

Petugas memeriksa sebuah mobil yang rusak dalam ledakan di Kuta tahun 2002
Petugas memeriksa sebuah mobil yang rusak dalam ledakan di Kuta tahun 2002

Reuters: Darren Whiteside

Penyiksaan pada interogasi

Pakar terorisme dari Australian National University (ANU) Greg Fealy mengatakan berkas tuntutan itu penting karena menyediakan penjelasan tentang operasi jihad pada awal 2000-an. Hambali telah ditahan di Teluk Guantanamo sejak 2006. Ia ditahan pada 2003, dan dipegang oleh CIA selama tiga tahun.

Ia disiksa secara berat pada tahun-tahun awal, yang menurut Fealy mungkin menjadi bagian dari alasan kenapa tuntutan itu baru terjadi sekarang. "Ia perlu beberapa tahun untuk pulih secara psikologis, jika tidak secara fisik, dari beragam interogasi yang parah — katakanlah penyiksaan — yang ia tanggung," kata Dr Fealy.

"Satu hal yang jelas: ia subjek interogasi yang sangat keras dan teknik penyiksaan, dan ada beberapa laporan yang menyebutkan ini mengakibatkan ia trauma secara mendalam dalam berbagai tingkatan. Sekarang ia telah dituntut yang menunjukkan kondisi mentalnya cukup untuk ia secara sah berdiri menghadapi pengadilan."

Hambali juga tahanan Guantanamo pertama yang dituntut di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Mantan presiden AS Barack Obama pernah menginginkan agar penjara militer ini ditutup.

Diterjemahkan pada 28 Juni oleh Alfred Ginting dari berita ABC News.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/berkas-tuntutan-hambali/8659016
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement