Senin 24 Jul 2017 19:54 WIB

Perang di Marawi akan Berdampak Panjang

Rep: Samantha Hawley - Koresponden ABC di Indonesia/ Red:
abc news
abc news

Pertempuran di Kota Marawi, Filipina selatan, akan memiliki dampak jangka panjang di kawasan ini, seperti disebutkan dalam laporan yang diterbitkan Institute of Policy Analysis of Conflict (IPAC). Selama dua bulan, militer Filipina mencoba merebut kembali kota tersebut dari para pejuang pro-ISIS yang ingin membentuk apa yang mereka sebut sebagai kekhalifahan.

Laporan berjudul Marawi, The East Asia Wilayah and Indonesia itu menunjukkan bahwa konflik ini mengilhami aksi kekerasan di tempat lain di kawasan dan dapat menyebabkan terjadinya lebih banyak serangan. "Resiko tidak akan berakhir saat militer mengumumkan kemenangan," kata direktur IPAC Sidney Jones.

A line of packed cars drives up the road out of Marawi City.
Warga sipil mengungsi dari Kota Marawi menghindari pertempuran antara kelompok militan Maute dan militer Filipina.

AP: Bullit Marquez

Laporan tersebut mencatat sekitar 20 pejuang dari Indonesia pergi ke Marawi. Disebutkan bahwa jika para pejuang ini kembali, mereka dapat membantu melatih ekstrimis di Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi.

Lebih dari 500 orang tewas dalam pertempuran tersebut, lebih dari 400 di antaranya adalah para militan. Sekitar 40 korban merupakan warga sipil, sedangkan sisanya dari militer Filipina.

Presiden Rodrigo Duterte telah meminta kongres negara itu untuk memperpanjang darurat militer di Pulau Mindanao sampai akhir tahun ini. Marawi direbut pada 23 Mei 2017 oleh para militan dari kelompok militan Abu Sayyaf dan Maute. Akibatnya, ribuan warga sipil telah mengungsi.

'Jika tak bisa ke Suriah, pergilah ke Filipina'

Laporan IPAC juga menyebutkan bukto-bukti baru mengenai rantai komando antara Suriah dan Marawi. Dalam rantai komando itu, disebutkan bahwa Dr Mahmud Ahmad seorang dosen asal Malaysia memainkan peran penting.

Laporan ini mengatakan Mahmud Ahmad mengendalikan perekrutan dan pembiayaan untuk orang asing yang ingin bergabung dengan ISIS untuk berperang di Filipina.

"Pertempuran tersebut telah mengilhami ekstremis muda dari seluruh wilayah untuk bergabung," kata laporan tersebut.

Grafitti that says
Grafiti di tembok belakang sebuah rumah di Kota Marawi, Filipina Selatan, menunjukkan dukungan buat ISIS.

Reuters: Romeo Ranoco

"Di Indonesia, hal ini membantu menyatukan dua kelompok dari gerakan pro-ISIS yang sebelumnya bermusuhan, mengilhami serangan tunggal dan menyebabkan pencarian jiwa di antara calon teroris mengenai mengapa mereka tidak dapat melakukan sesuatu yang spektakuler," tambahnya.

"Salah satu kemungkinan dampak Marawi adalah meningkatnya risiko kekerasan di negara lain di kawasan ini karena kelompok lokal terinspirasi atau merasa malu terhadap para pejuang di Filipina," katanya.

Sydney Jones mengatakan pertengahan jalan tahun lalu, pesan dari Suriah mengalami perubahan. "Pesan dari Suriah adalah jika terlalu sulit untuk masuk ke sana, jika tidak bisa sampai ke Suriah, pergilah ke Filipina. Dan jika tidak dapat pergi ke Filipina, laksanakan perang di tempat anda berada," katanya kepada ABC.

Diterbitkan Senin 24 Juli 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement