Senin 03 Apr 2017 17:09 WIB

Terungkap, Partai One Nation Australia Intimidasi Calegnya

Mantan caleg Partai One Nation Australia, Dane Sorensen, dalam wawancara dengan ABC.
Foto: ABC
Mantan caleg Partai One Nation Australia, Dane Sorensen, dalam wawancara dengan ABC.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Partai One Nation di Australia pimpinan Pauline Hanson dituduh mengintimidasi dan menekan secara finansial para calon legislatifnya dan staf senior parpol itu.

Kalangan internal partai, caleg serta pendukung lama Partai One Nation kepada Program Four Corners ABC mengungkapkan mereka telah dimanfaatkan dan disingkirkan oleh Senator Hanson, mereka pihak yang kalah dari perebutan kekuasaan internal yang sekarang melanda partai tersebut.

Sejumlah mantan anggota One Nation juga mengatakan mereka merasa terintimidasi oleh kepala staf Senator Hanson, yaitu James Ashby. Mereka menyatakan adanya kontrol ketat atas para caleg setelah mereka berada di dalam partai One Nation.

Mereka mengungkapkan sering mendapatkan instruksi dari kantor pusat, melarang mereka berbicara kepada pembangkang partai dan media. Program Four Corners juga mendapat informasi Ashby menyimpan daftar dosa para politikus dan orang lainnya sebagai cara mengintimidasi dan membungkam mereka.

Informasi yang diperoleh Four Corners tentang operasi internal partai menimbulkan pertanyaan serius tentang urusan keuangan dan pencatatan administrasi partai ini.

Pauline Hanson speaks to several reporters wile wearing a blue and white dress with pearls. James Asby stands behind her.
Senator Pauline Hanson bersama kepala stafnya James Ashby.

ABC News: Matt Roberts

'Partai busuk, kotor'

Sebelum pemilu negara bagian Australia Barat pada Maret lalu, sejumlah caleg One Nation berhenti atau dibatalkan pencalonannya oleh partai itu. Beberapa dari caleg ini berbicara kepada Four Corners tentang tingginya biaya pencalonan untuk partai One Nation.

Mantan calon One Nation untuk daerah pemilihan North West Central, Dane Sorensen, mengungkapkan salinan formulir kesepakatan caleg di Australia Barat. Semua caleg harus menandatanganinya sebelum mereka secara resmi diterima sebagai caleg One Nation.

Kontrak ini meliputi kewajiban membayar biaya administrasi sebesar 250 ribu dolar AS (sekitar Rp 2,5 miliar) ke One Nation jika ada calon terpilih yang mundur dari partai. Sorensen mengaku menolak menandatangani perjanjian tersebut, dan menulis surat keluhan ke kantor pusat partai.

"Hal itu tak ada hubungannya dengan biaya terpilihnya Anda. Itu hanya tindakan hukuman yang dirancang murni untuk mengintimidasi dan menakut-nakuti orang," katanya.

Perjanjian itu juga meminta para caleg membayar di muka serta sumbangan tiap kuartal jika terpilih, dan memberlakukan maksimal 75 persen bagi biaya yang akan dimintakan pembayaran dari partai, dimana partai ini menyimpan 25 persennya.

Sorensen juga mengeluh tentang kacaunya kampanye pemilu yang dilakukan para pengurus partai serta kesepakatan preferensi dengan Partai Liberal.

"Jika masyarakat mengetahui apa yang terjadi di dalam partai, saya pikir tidak akan ada yang mau berhubungan dengan One Nation," katanya.

"Mereka parpol busuk, kotor, yang hanya melayani tujuan mereka sendiri, kepentingan mereka sendiri," katanya.

Pencalonan Sorensen akhirnya dibatalkan oleh Senator Hanson melalui surat, karena dia menolak mematuhi kebijakan partai dan karena menantang dan kasar. Four Corners memahami biaya administrasi 250 ribu dolar AS itu kemudian dihapus dari formulir terbaru perjanjian caleg partai ini.

Kesepakatan preferensi

Kesekapatan preferensi One Nation dengan Partai Liberal di Australia Barat, diumumkan di media pada Februari sebelum para caleg diberitahu tentang hal itu, semakin memicu ketidakpuasan dalam partai. Caleg untuk Dapil Perth Thornlie Sandy Baraiolo kepada Four Corners mengungkap, Senator Hanson pada pertemuan dengan para caleg Januari 2017 menyatakan tidak akan ada kesepakatan preferensi dengan siapa pun, termasuk Partai Liberal.

Baraiolo mengatakan, ketika dia memposting keluhan di Facebook-nya mengenai kesepakatan preferensi tersebut, pencalonannya kemudian dibatalkan oleh Senator Hanson dan Ashby melalui telepon.

"Anda tidak bisa mempercayai Pauline Hanson... Dia akan menyatakan satu hal dan akan melakukan hal yang sama sekali berbeda," kata Baraiolo.

"Pauline Hanson itu semua tentang Pauline Hanson," ujarnya.

Caleg ternama One Nation, aktivis keadilan Margaret Dodd, juga mundur dari partai ini terkait adanya kesepakatan preferensi tersebut. Dia mengatakan partai itu kacau dan boros, dengan sejumlah besar bahan cetakan pemilu yang tidak valid dikirim ke caleg.

"Partai ini tidak seperti yang saya pikirkan. Saya pikir Pauline adalah orang biasa yang bertarung demi perjuangan," kata Dodd.

"Dia orang populis, dia mengangkat hal-hal yang akan membuatnya jadi perhatian seperti yang dia inginkan, menempatkannya dalam posisi kekuasaan yang dia inginkan," katanya.

"Lebih berupa kekuasan bagi Pauline," tambahnya.

Tuduhan terhadap ABC

Sementara sejumlah caleg telah dipecat dari partai karena tidak membayar uang dan karena mengkritik kesepakatan preferensi, caleg lainnya telah tetap didukung oleh Senator Hanson meskipun secara terbuka menyatakan perlu kebijakan apartheid, mempromosikan supremasi orang kulit putih, membuat komentar ofensif dan meremehkan berbagai kelompok masyarakat.

Komentar ofensif yang diposting berbagai caleg partai One Nation di media sosial termasuk merendahkan ibu tunggal sebagai "terlalu malas dalam menarik dan menjaga pasangan". Begitu pula komunitas gay yang dituduh menggunakan pengendali pikiran agar masyarakat mendukung pernikahan sesama jenis.

Ketika ditanya apakah One Nation meyakini komunitas gay menggunakan teknik "pengendali pikiran ala Nazi", seperti yang disebutkan oleh mantan caleg Richard Eldridge, Senator Malcolm Roberts dari One Nation menjawab: "Jika Anda berbicara tentang propaganda, ABC juga menggunakan pengendali pikiran ala Nazi".

Senator Roberts kepada Four Corners juga mengatakan One Nation tidak takut menyinggung orang lain. "Dengan tak adanya yang kamu takuti, kami tidak peduli apa yang dipikirkan orang. Kami hanya berbicara fakta," katanya.

Senator Hanson dan Ashby yang dihubungi tidak menanggapi pertanyaan ABC.

Diterbitkan Senin 3 April 2017 Pukul 12:15 AEST oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/terungkap,-partai-one-nation-australia-intimidasi-calegnya/8410834
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement