Rabu 23 Aug 2017 14:22 WIB

Bisakah Smartphone Menjadi Lebih Pintar Lagi?

Rep: James Bullen/ Red: Budi Raharjo
smartphone (ilustrasi)
Foto: ABC News
smartphone (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pada tahun 1926, Nikola Tesla, seorang ilmuwan dan penemu, meramalkan akan adanya alat yang memungkinkan berkomunikasi langsung dari jarak jauh, melihat dan mendengar satu sama lain, seolah bertatap muka.

"Kita dapat menyaksikan dan mendengar berbagai peristiwa, seperti pelantikan presiden, seri pertandingan olahraga dunia, gempa bumi atau peperangan, seolah-olah kita hadir di sana," kata Nikola pada tahun 1926.

Perangkat tersebut, kata Nikola, cukup kecil untuk dibawa-bawa dan masuk ke dalam saku rompi. Rompi tidak lagi banyak dipakai sekarang ini, tapi ramalan Nikola terbukti jitu.

Smartphone, atau telepon seluler pintar, menggabungkan fungsi tradisional telepon dengan kemampuan berjelajah di dunia internet, mengirim dan menonton internet, hingga dilengkapi aplikasi, telah mengubah cara kita berkomunikasi dengan dunia.

Jadi, apa prediksi masa depan soal smartphone yang sudah cukup lama kita miliki?

Banyak pakar teknologi mengatakan seluruh potensi smartphone akan selesai dieksplor, seperti yang dikatakan Mark Pesce, seorang futuris dan profesor kehormatan di bidang budaya digital Sydney University.

Dalam 10 tahun pertama internet, butuh waktu lama bagi kita untuk mengetahui "apa yang sedang terjadi". Kita sekarang berada di tahap yang sama dengan smartphone. "Jika kita berpikir bahwa harapan kita soal ponsel telah berubah dalam 10 tahun, maka dalam 10 tahun ke depan akan tidak seperti apa-apa."

Sejumlah pakar merasa telepon genggam akan segera tergantikan. www.unsplash CC.0 Gilles Lambert

Akan lebih pintar lagi

Ponsel kita sudah menggunakan kecerdasan buatan, atau Artificial Intelligence (AI) saat kita menggunakan GPS untuk navigasi arah, atau mengajukan pertanyaan saat menggunakan program Siri atau Alexa. Tapi, menurut para ahli, telepon masa depan juga akan bisa bekerja saat kita sakit, dan bertindak sebagai asisten pribadi yang canggih, dengan dapat berkomunikasi atas nama kita.

Sensor biometrik yang lebih baik, untuk memantau hal-hal seperti denyut jantung dan tekanan darah, dapat bekerja bersamaan dengan kecerdasan buatan untuk mencegah stroke. "Kemudian segera mengontak layanan gawat darurat," kata Dr Christine Satchell, seorang peneliti berbasis di Melbourne.

"Ada banyak potensi bagaimana AI akan berdampak pada kesehatan. Berpotensi menyelamatkan nyawa," kata Dr Christine.

Dr Christine membayangkan bagaimana smartphone bisa bertindak sebagai asisten eksekutif, melakukan skrining panggilan, menanggapi email, dan membuat janji atas nama kita.

Namun perlu ada keseimbangan

"Anda tidak ingin selalu mengatakan yang sebenarnya, karena terkadang kita tidak sedang sakit di tempat tidur, atau saat kita masih berada di tempat lain" katanya. "Seberapa pintar Anda menginginkannya?"

Seorang turis sedang berfoto di Surfers Paradise, Gold Coast, Australia.

Akankah tampilan telepon berubah?

Bentuk yang bisa ditekuk, dengan layar melengkung, bisa dipakai, dilengkapi layar holografik dijanjikan akan menjadi fitur telepon kita di masa depan. Tapi kebanyakan pakar tidak berpikir bahwa bentuk smartphone akan berubah seperti itu, setidaknya dalam 10 tahun ke depan.

Sementara ukuran layar smartphone populer terus meningkat (dari 3,5 sampai 5,5 inci di rentang model iPhone, dan 3,2 sampai 6,2 inci untuk Samsung) dengan sudut persegi atau melengkung yang keluar masuk tren, Dr Christine mengatakan bentuknya hanya alami sedikit perubahan.

"Saya rasa ada yang sangat menarik soal bentuk saat ini, yang sesuai bagi orang-orang, seperti masuk saku atau tas tangan," katanya.

Direktur lembaga Centre for Software Practice dari University of Western Australia, Dr David Glance, mengatakan bentuk smartphone tetap sama, karena kegemaran kita menonton video. Menurutnya, sampai ada cara yang lebih baik untuk menonton video, atau "sampai kita memiliki implan (otak)", bentuk ponsel kemungkinan akan tetap sama.

Augmented reality

Popularitas Pokémon GO, dimana para gamer mencoba menangkap monster lewat ponsel mereka menunjukkan jika augmented reality (AR) bisa berhasil. Tapi, kata Mark, hiburan hanya sebagian kecil dari masa depannya.

Smartphone masa depan bisa berinteraksi dengan kacamata berteknologi tinggi untuk menampilkan apa yang kita lihat dengan data dan foto virtual, memproyeksikan "halusinasi ke dunia nyata," kata Mark.

AR bisa membantu orang melakukan pekerjaan mereka, mempelajari tugas baru, atau membimbing turis dalam perjalanan keliling kota. "Bukan hanya karena agar tidak tersesat, tetapi Anda memiliki kesadaran apa yang terjadii sekitar Anda," kata Mark.

Alternatifnya, ponsel yang begitu bertenaga sehingga kita tidak memerlukan aksesoris seperti kacamata, untuk menikmati augmented reality, menurut Dr David.

"Saya telah bermain-main dengan perangkat AR iOS [kit AR terbaru untuk ponsel Apple] dan itu cukup fenomenal," katanya.

Jadi pusat kegiatan

Kita sudah pindah dari komputer desktop, lalu ke laptop, dan kini smartphone sebagai sarana sentral, dimana banyak dari kita mengakses berita, terhubung dengan teman dan keluarga, dan berinteraksi dengan dunia yang lebih luas.

Tapi apakah smartphone akan tetap menjadi "pusat", sebagai satu-satunya yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan dunia digital dan lainnya (termasuk perangkat periferal seperti headphone, speaker dan headset Bluetooth)? "Jika belajar dari sejarah, jawabannya tidak," kata Mark.

Menurutnya, cloud computing dan AI terus berkembang, sehingga smartphone bisa dikalahkan oleh perangkat lain yang lebih pintar. "Hal yang menggantikannya mungkin yang selama ini sebagai pelengkapnya, entah itu kacamata, atau earphone, atau proyektor holografik. Benda ini sangat cerdas sehingga mereka mengganti kebutuhan ponsel sebagai pusatnya"

Dalam masa depan seperti itu, bisa jadi sepasang kacamata, yang menampilkan pandangan menyeluruh, di mana kita bisa mengakses internet dan menghubungi teman-teman, tambahnya.

Diterbitkan pada 23/08/2017 pukul 14:20 PM. Simak laporannya dalam bahasa Inggris, di sini.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/studi-nad-inovasi/bisakah-smart-phone-lebih-pintar-lagi/8834876
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement