Kamis 21 Sep 2017 15:08 WIB

Jumlah Penyu Menunjukkan Pemulihan Global

Penyu
Foto: ABC News
Penyu

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah penelitian komprehensif terhadap sarang penyu menemukan peningkatan jumlah penyu secara signifikan di mayoritas lokasi secara global, yang disebutkan sebagai cerita sukses konservasi global.

Sebuah analisis terhadap 299 titik sarang dari seluruh tujuh spesies penyu laut menemukan jumlah sarang penyu bertambah secara signifikan pada 94 lokasi, sementara 35 lokasi menunjukkan penurunan signifikan.

Penelitian oleh sekelompok ilmuwan internasional yang diterbitkan hari ini di Science Advances, menganalisa data yang diambil dari lebih dari rata-rata 16,2 tahun, termasuk dari pesisir Australia, Afrika, Amerika Utara dan Selatan, dan Asia.

Mereka mengatakan kecenderungan positif ini sepertinya berhubungan dengan faktor seperti perlindungan telur dan induk yang bersarang, juga berkurangnya penangkapan.

Ilmuwan mengatakan ini hasil menggembirakan yang menunjukkan upaya konservasi global bisa berhasil, tapi mereka memperlakukan temuan ini dengan "optimisme waspada" dan mengingatkan untuk melawan kepuasan.

"Orang menaruh begitu besar upaya untuk melindungi penyu, dan kami ingin menunjukkan kalau upaya itu berhasil," kata anggota penulis riset Dr Gail Schofield, dari Aristotle University of Thessaloniki di Yunani dan Deakin University di Melbourne.

"Tapi satu kekhawatiran terbesar dengan cerita positif ini adalah orang mungkin berkata, 'Jadi, kenapa masih tetap dilakukan sekarang??'"

Dan ada alasan lain ilmuwan mendorong untuk diperhatikan.

Dampak perubahan iklim mungkin tidak terdeteksi beberapa generasi

Jumlah penyu diperkirakan dengan menghitung jumlah sarang di pantai yang dibuat penyu betina di suatu titik lokasi pada periode tertentu dan menetapkan sebuah rata-rata.

Ini berarti setiap peristiwa yang mengakibatkan tingginya kematian penyu remaja, seperti yang dipantau di Pulau Raine di luar pantai Queensland Utara, tidak akan tercermin dalam perkiraan populasi sampai penyu-penyu itu mencapai usia berkembang biak.

"Kami sedang melihat kecenderungan yang mengkhawatirkan [di Pulau Raine]," kata Dr Schofield.

Kenaikan permukaan laut berakibat erosi pantai dan sarang rusak di Pulau Raine — situs penetasan penyu hijau terbesar di dunia — telah menyebabkan penurunan dramatis pada keberhasilan penyu hijau menetas.

Dan di Mon Repos dekat Bundaberg, ketinggian suhu pasir yang tak normal pada musim menetas 2016-2017 membunuh lebih banyak tukik daripada biasanya, karena mereka menjadi kepanasan dari sarang menuju laut.

Revisi taman laut Australia 'sangat memalukan'

Penelitian muncul saat pemerintah sedang menawarkan perubahan kawasan perlindungan laut, yang ditetapkan oleh pemerintahan Gillard pada 2012, yang akan meningkatkan area terbuka untuk penangkapan jala panjang komersial, pemancingan untuk hiburan dan pukat.

Menteri Lingkungan Josh Frydenberg pada bulan Juli menyatakan rencana revisi "jauh lebih seimbang" dan mengizinkan, "aktivitas kelestarian seperti penangkapan komersial saat melindungi fitur kunci konvervasi".

Konsultasi publik untuk kajian ditutup kemarin, dengan badan konservasi menekan pemerintah untuk mempertimbangkan ulang perubahan itu.

Juru bicara Australian Marine Conservation Society (AMCS) Adele Pedder menyebutkan revisi ini sebagai tidak bertanggung jawab.

"Taman laut memberikan spesies seperti penyu kesempatan bertarung paling baik," kata Pedder.

"Ketika mereka terdaftar sebagai terancam punah kita secara hukum wajib untuk mencegah dan mengurangi kematian."

Dr Schofield juga mengungkapkan kekhawatiran tentang perubahan yang diusulkan. "Zona perlindungan sangat penting untuk memberikan perlindungan tidak hanya bagi penyu tapi juga fauna laut dan kehidupan laut lainnya," kata dia.

"Sangat memalukan bergerak mundur daripada maju."

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/keberhasilan-konservasi-penyu/8968902
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement