Jumat 06 Oct 2017 18:31 WIB

Perusahaan Farmasi di Adelaide Siap Produksi Ganja Obat

Rep: Sowaibah Hanifie/ Red:
abc news
abc news

Sebuah perusahaan di Adelaide akan menjadi perusahaan pertama di Australia Selatan yang memulai ekstraksi ganja dan menciptakan produk siap pasar dari laboratorium rahasia di kota itu.

GD Pharma telah mengimpor komponen ganja dari luar negeri namun dengan lisensi manufaktur barunya, mereka bisa mengimpor tanaman itu, mengekstrak bahan kimianya, dan menghasilkan berbagai produk resep eksperimental.

CEO Antony Condina mengatakan bahwa hal itu berarti mereka bisa mengendalikan konsentrasi ganja untuk menciptakan produk yang dibuat khusus untuk berbagai klien. Sebanyak 266 pasien mendapat persetujuan untuk menggunakan ganja obat di seluruh Australia.

Condina mengatakan bahwa rintangan utama untuk mencapai lisensi manufaktur adalah risiko ganja dialihkan ke pasar gelap, termasuk risiko pencurian dan "penahanan". "Kami harus menunjukkan bahwa kami menjalankan proses di lokasi, dan salah satunya adalah kami tak diperbolehkan mengiklankan proses pembuatan dan penyimpanan senyawa ini."

Sejumlah artikel media awal tahun ini memberitakan impor ganja perusahaan tersebut, yang -menurut Condina -mengakibatkan sejumlah warga mengunjungi laboratorium Norwood mereka untuk mengganggu staf dan mendesak untuk melihat tanamannya.

Pabrik baru GD Pharma yang dirahasiakan itu akan beroperasi pada akhir tahun dan akan memakan waktu sekitar satu minggu untuk menghasilkan satu produksi resin encer yang harganya sekitar  500 dolar AS (atau setara Rp 5 juta) per botol.

Condina mengatakan bahwa mereka tidak mungkin mendapatkan keuntungan karena kemampuan dokter yang sangat terbatas untuk meresepkan ganja. "Saat ini kami belum melihat banyak permintaan," sebutnya.

"Tahun lalu, diperkirakan sekitar 100 ribu warga Australia akan mendapat keuntungan dari ganja obat, namun kenyataannya hanya ada sekitar 100 pasien dalam 11 bulan yang telah disetujui untuk produk itu."

Para pendukung ganja obat mengatakan, ada bukti yang menunjukkan bahwa produk ganja bisa membantu kondisi seperti sclerosis ganda, epilepsi parah yang terjadi pada anak-anak, mual dan muntah yang sulit diobati karena kemoterapi.

Meski demikian, mereka yang menentangnya, termasuk Departemen Kesehatan Australia, telah menyebutkan kurangnya penelitian berkualitas bersama dengan penyelidikan serta uji coba yang sedang berlangsung sebagai alasan dilakukannya pembatasan.

Dosen senior kedokteran di Universitas Nasional Australia (ANU), Dr. David Caldicott, mengatakan bahwa hanya beberapa percobaan klinis yang diterbitkan dalam bahasa Inggris dan tak ada satupun universitas di Australia yang memiliki perkuliahan terkait ganja.

Ia mengatakan bahwa ini membuat dokter berhati-hati dalam meresepkan obat-obatan dan apoteker yang tak bisa menawarkan konseling. Caldicott mengatakan bahwa banyak "kepentingan", seperti yang ada dalam industri obat,  juga menghambat pertumbuhan industri tersebut.

"[Para pendukung] ini bukanlah sekelompok orang hippies yang bebas," ujarnya. "Mereka adalah orang-orang dengan masalah medis yang sudah berlangsung lama dan ganja itu sesuai dengan mereka, tidak hanya cara kerjanya, tapi juga tidak adanya efek samping."

Dr Caldicott mengatakan orang-orang yang tertarik dengan tujuan rekreasinya tidak akan menyerang industri farmasi, karena lebih mudah membeli ganja dengan cara terlarang, dan ganja ilegal memiliki konsentrasi bahan kimia lebih tinggi, yang dibutuhkan untuk menghilangkan rasa sakit.

"Ini seperti mengatakan bahwa kami seharusnya tidak menggunakan morfin pada pasien karena heroin itu buruk untuk Anda," sebutnya.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement