Jumat 12 Jan 2018 11:57 WIB

Korban Perisakan Internet Bunuh Diri Picu Keprihatinan

Keluarga Amy 'Dolly' Everett merilis montage video sebagai bentuk penghormatan bagi mendiang putri mereka.
Foto: ABC
Keluarga Amy 'Dolly' Everett merilis montage video sebagai bentuk penghormatan bagi mendiang putri mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Kisah Amy 'Dolly' Everett, remaja yang dikenal sebagai "outback girl’ atau "gadis pedalaman" yang tewas bunuh diri telah mengejutkan banyak orang di seluruh Australia, dimana mulai dari pengendara truk hingga Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengatakan masih perlu banyak upaya mencegah perisakan atau bullying di dunia maya.

Gadis berusia 14 tahun dari sebuah keluarga peternak terkenal di Northern Territory mengakhiri hidupnya pekan lalu setelah menjadi sasaran bullying di internet, demikian dikisahkan orang tuanya yang berduka, Tick dan Kate Everett.

Gambar Dolly saat masih gadis kecil, tersenyum dengan menggunakan topi Akubra saat dia menjadi wajah dari merek topi yang ikonik di Australia tersebut, telah dibagikan ke seluruh dunia dalam sebuah kampanye media sosial yang digagas oleh orang tuanya untuk meningkatkan kesadaran [mengenai dampak bullying di internet].

Kematiannya telah memicu kemarahan dan kesedihan, terutama di masyarakat pedesaan dan regional di sekitar Australia.

Teman dan kerabat ingatkan dampak penggunaan ponsel

Salah seorang kerabat keluarga,  Derek Birse mengunggah sebuah video yang didedikasikan untuk Dolly di media sosial, video itu meratapi efek teknologi pada anak-anak. "Media sosial dan ponsel sial ini, saya kira 99 persen orang tua tidak tahu apa yang dihadapi anak-anak mereka akhir-akhir ini," katanya.

"Mendengar kabar semacam ini membuat anda mual, bullying semcam ini yang tidak terkendali lagi sekarang. Dolly sebaya dengan anak laki-laki kecil saya," katanya.

Dia mengatakan sejak kematian Dolly, dia jadi memperhatikan kedua ponsel milik anak laki-lakinya untuk melihat apakah mereka diintimidasi. "Jika mereka mengalami sesuatu dengan ponsel mereka, demi Tuhan, ambil bajingan itu dan pukul mereka," katanya/

PM ikut berduka cita

Dolly Everett
Dolly Everett, 14 tahun, bunuh diri setelah menjadi sasaran bullying di internet.

Facebook: Tick Everett

Perdana Menteri Malcom Turnbull mengeluarkan sebuah pernyataan di Facebook yang mengatakan dirinya turut merasakan kedukaan yang mendalam bagi Dolly dan keluarganya. "Kematian Dolly menyoroti dampak buruk yang dapat ditimbulkan perisakan terhadap korbannya," katanya.

"Setiap langkah harus diambil untuk mengurangi kejadian bullying, baik  secara langsung maupun di dunia maya, dan menghapuskan praktik bullying di manapun kita bisa."

PM Malcolm Turnbull mengatakan, munculnya platform media sosial online telah menghadirkan tantangan baru. "Pelaku bullying di dunia maya bisa mengganggu dan mengintimidasi korban mereka dari lokasi manapun dan kapan saja," katanya.

"Diperlukan lebih banyak upaya, dari pemerintah, kelompok kesehatan dan perusahaan internet itu sendiri, untuk mencegah penindasan di dunia maya, menghentikannya saat terjadi dan meminimalkan dampaknya jika hal itu terjadi."

Turnbull mengatakan orang muda yang mengalami intimidasi secara online dapat mengajukan keluhan ke situs web esafety.gov.au dari Pemerintah Federal.

Sekolah mengatakan penyelidikan sedang dilakukan

dollyeverett3_abc_1801011.jpg
Amy 'Dolly' Everett, 14 tahun, menggambar lukisan ini sebelum mengakhiri hidupnya.

Supplied: Everett family

Dolly meninggal beberapa minggu sebelum ia dijadwalkan masuk sekolah kembali ke sekolah berasramanya di Scots PGC College di Warwick, Queensland selatan. Sebelum melakukan bunuh diri, remaja itu menyelesaikan sebuah lukisan dengan kata-kata "berbicaralah bahkan jika suaramu bergetar".

Skotlandia PGC College mengatakan  bertanggung jawab atas kesejahteraan siswa mereka dengan sangat serius, dan mengatakan penyelidikan sedang dilakukan. Sang Kepala Sekolah,  Kyle Thompson mengatakan dalam sebuah pernyataan Rabu (10/1) komunitas sekolah "sangat sedih" dengan kematian Dolly.

"Dolly akan benar-benar dirindukan dan pikiran dan dukungan kita bersama dengan keluarga dan teman-temannya," katanya.

"Kami terus bekerja secara langsung dengan keluarga Dolly untuk memberikan dukungan, sambil juga menghormati privasi mereka selama masa-masa sulit ini.

"Dengan berkonsultasi dengan keluarga Dolly, kami bermaksud mengadakan layanan peringatan khusus di awal semester 1 untuk memberi kesempatan kepada komunitas kami untuk mendukung keluarga Everett dan untuk menghormati kehidupan Dolly."

Kyle Thompson mengatakan kesejahteraan dan privasi seluruh komunitas sekolah tetap menjadi prioritas selama masa sulit ini. "Perguruan kami memiliki sejumlah layanan dukungan, termasuk tim konselor yang berdedikasi, untuk setiap anggota masyarakat yang mungkin ingin berdiskusi atau mencari dukungan," katanya.

Juru bicara Asosiasi Orang Tua Anak Terisolasi Tammie Irons mengatakan bullying bisa menjadi masalah saat mengirim anak-anak pergi ke sekolah. "Bila Anda jauh dari keluarga Anda, ini bisa sangat sulit - bila Anda tidak memiliki seseorang yang Anda rasa bisa Anda percaya dan bisa Anda ajak bicara," katanya.

Tammie  Irons memiliki putri berusia 14 tahun, Hallie,  yang juga seorang murid sekolah berasrama. "Karena usia Dolly sama dengan usia putri saya, saya merasa sangat takut," kata Hallie.

"Dia memiliki begitu banyak hal yang bisa dia lakukan dengan orang lain di sekelilingnya dan keluarganya. Sungguh menyedihkan."

Pemakaman Dolly Everett akan diadakan pada Jumat (12/1) di Katherine, kawasan Teritori Utara.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/remaja-mati-bunuh-diri-picu-keprihatinan-nasional---cyber-bully/9323400
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement