Selasa 15 May 2018 11:55 WIB

Keluarga Pengebom Gereja Surabaya tak Pernah ke Suriah

Tetangga menggambarkan keluarga Dita normal seperti banyak keluarga lainnya.

Seorang suporter menyalakan lilin saat aksi solidaritas terkait aksi tragedi teror bom di Surabaya dan Siduarjo di Taman Suropati, Jakarta, Senin (14/5).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Seorang suporter menyalakan lilin saat aksi solidaritas terkait aksi tragedi teror bom di Surabaya dan Siduarjo di Taman Suropati, Jakarta, Senin (14/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --  Menurut tetangga, keluarga yang melakukan pengeboman terhadap tiga gereja di Surabaya pada Ahad lalu adalah warga biasa. Mereka, menurut polisi, tidak pernah melakukan perjalanan ke Suriah.

Enam orang dari satu keluarga tersebut, termasuk anak perempuan berusia delapan tahun, meledakkan diri dalam tindakan bunuh diri yang terkoordinasi. Aksi itu menyebabkan 14 orang tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka.

Dita Oepriarto yang berusia 46 tahun membawa istrinya, Puji Kuswati (42 tahun), dan dua anak perempuan mereka yang berusia 12 dan 8 tahun ke Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponoegoro. Ia kemudian mengendarai mobilnya yang berisi bom ke Gereja Pantekosta Pusat Surabaya dan meledakkan diri.

Sementara itu, kedua anak keluarga itu yang berusia 17 dan 15 tahun menerobos area Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya menggunakan sepeda motor dan meledakkan diri menggunakan bom yang dipangku. Tetangga keluarga tersebut yang terkejut dengan berita ledakan bom mengatakan tidak ada tanda-tanda sebelumnya bahwa Dita, Puji, dan keempat anak mereka akan melakukan apa yang terjadi.

Apa yang digambarkan mereka kepada ABC adalah sebuah keluarga yang bertindak normal seperti banyak keluarga lainnya, bagaimana anak-anak mereka bermain di jalan di depan rumah, atau naik sepeda bersama dengan anak-anak tetangga. "Dita orangnya baik, dikenal baik oleh tetangganya. Juga aktif dalam kegiatan sosial. Warga biasa yang hidup di kompleks perumahan biasa." kata tetangganya, Binawan Widiarto, kepada ABC.

"Anak-anaknya sering bermain di depan rumah kami. Bermain sepak bola, naik sepeda, dan memetik kembang," katanya.

Foto-foto yang dipasang di akun Facebook juga menunjukkan keluarga itu melakukan kegiatan sehari-hari seperti banyak keluarga lainnya. Ada gambar mereka sedang berlibur di Sumatra Utara bermain air, dan juga berjalan di hutan tropis.

"Saya sudah lama mengetahui keluarga ini, dan terakhir kali bertemu tidak ada beda sama sekali. Tidak ada perilaku yang aneh. Tidak ada tindakan yang tergesa-gesa," kata Samsul Hadi, seorang tetangga lainnya kepada ABC.

Meski ada laporan sebelumnya keluarga tersebut pernah ke Suriah, tetangga yang mengaku mengetahui keluarga Dita selama 10 tahun terakhir mengatakan bahwa mereka tidak pernah ke sana. Dita, menurut tetangga, menghabiskan waktu mempersiapkan Ramadhan pada malam sebelum mereka meledakkan diri.

Polisi memperkirakan Dita adalah kepala organisasi Jemaah Ansharuut Daulah (JAD) di Jawa Timur, sebuah organisasi radikal yang sudah menyatakan dukungan terhadap ISIS. Polisi juga mengukuhkan keluarga Dita tidak pernah pergi ke Suriah, seperti yang diduga sebelumnya.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-05-15/keluarga-pembom-bunuh-diri-di-surabaya-adalah-warga-biasa/9762180
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement