Sabtu 13 Jan 2018 07:45 WIB

Uni Afrika Tuntut Donald Trump Minta Maaf

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Reiny Dwinanda
Presiden Donald Trump.
Foto: EPA-EFE/Michael Reynolds
Presiden Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Uni Afrika, organisasi yang mewakili negara-negara Afrika, telah menuntut Presiden AS Donald Trump untuk meminta maaf setelah ia memberikan sebutan kasar untuk negara-negara di benua Afrika. Trump membuat pernyataan itu dalam sebuah pertemuan yang membahas masalah imigrasi, pada Kamis (11/1).

Misi Uni Afrika di Washington DC mengungkapkan rasa terkejut, cemas, dan marahnya dengan mengatakan pemerintahan Trump telah salah memahami orang-orang Afrika. "Ucapan tersebut mencemarkan kredo Amerika yang terkenal menghormati keragaman dan martabat manusia," ujar organisasi itu, dikutip BBC.

"Sementara kami mengungkapkan keterkejutan, kekecewaan, dan kemarahan, Uni Afrika sangat percaya ada kesalahpahaman besar di benak benua Afrika dan rakyatnya yang ditimbulkan oleh pemerintahan AS saat ini. Ada kebutuhan serius untuk berdialog antara Pemerintah AS dan negara-negara Afrika," paparnya.

Uni Afrika mewakili 55 negara anggota di seluruh benua tersebut yang didirikan pada 2002. Organisasi ini berawal dari Organisasi Persatuan Afrika, yang berasal dari perjuangan dekolonisasi pada awal 1960-an.

Ucapan kasar Trump tersebut disampaikan saat anggota parlemen mengunjunginya untuk membahas proposal bipartisan yang akan memberlakukan pembatasan baru mengenai imigrasi. Namun, proposal ini akan melindungi ratusan ribu imigran anak-anak yang masuk ke AS secara ilegal, dari deportasi.

Alih-alih setuju untuk memberikan tempat tinggal sementara kepada warga negara yang terkena bencana alam, perang, atau epidemi penyakit, Trump mengatakan AS seharusnya memilih migran dari negara-negara seperti Norwegia. "Mengapa kita menerima semua orang dari negara-negara terpencil di sini?" kata Trump, dikutip Washington Post.

Senator dari Partai Demokrat Dick Durbin mengatakan, Trump telah diberitahu bahwa kelompok imigran terbesar dengan Status Dilindungi Sementara (Temporary Protected Status - TPS) berasal dari El Salvador, Honduras, dan Haiti. "Warga Haiti? Apakah kita memerlukan lebih banyak orang Haiti?" ungkap Trump.

Baca juga: Disebut 'Lubang Kotoran', Haiti Marah Besar ke Trump

Akan tetapi di akun Twitter pribadinya pada Jumat (12/1), Trump membantah dia telah menghina warga Haiti. Banyak media AS yang melaporkan ucapan kasar Trump dengan mengutip keterangan saksi yang hadir pada pertemuan tersebut.

Botswana telah memanggil Duta Besar AS dan memintanya untuk mengklarifikasi apakah Botswana juga dianggap sebagai negara bermasalah oleh Trump. Saat ini banyak warga Botswana yang tinggal di AS.

Juru bicara hak asasi manusia (HAM) PBB Rupert Colville mengatakan komentar Trump, jika terkonfirmasi, sangatlah mengejutkan dan memalukan. "Saya minta maaf, tapi tidak ada kata lain untuk menggambarkan hal ini kecuali rasis," kata Colville.

Duta Besar Haiti untuk AS Paul Altidor mengatakan kepada BBC, imigran Haiti yang disebut hanya datang untuk memanfaatkan AS adalah sebuah anggapan yang salah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement