Ahad 21 Jan 2018 01:41 WIB

Tentara Somalia Serbu Sekolah Milik Al Shabaab

Sebanyak 32 anak dicekoki ideologi Al Shabaab

Milisi Al Shabaab
Foto: ibtimes
Milisi Al Shabaab

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU --  Pihak berwenang Somalia mengatakan tentara menyerbu sekolah kelolaan al Shabaab pada Kamis malam dan menyelamatkan 32 anak-anak yang direkrut kelompok petempur itu.

"Ke-32 anak-anak itu aman dan pemerintah merawat mereka. Sangat disayangkan bahwa teroris merekrut anak-anak untuk ideologi pelintiran mereka," kata Abdirahman Omar Osman, menteri penerangan Somalia, kepada Reuters pada Jumat (19/1).

"Itu menunjukkan betapa putus asa teroris karena mereka kalah dalam perang dan orang menolak teror," katanya.

Al Shabaab mengatakan pasukan pemerintah, yang didampingi pesawat tanpa awak, menyerang sekolah tersebut di wilayah Shabelle Tengah. Dikatakannya, empat anak-anak dan seorang guru terbunuh. Tidak ada komentar yang segera tersedia dari pemerintah Somalia atas laporan korban jiwa atau penggunaan pesawat tak berawak.

"Mereka menculik sisa siswa. Human Rights Watch bertanggung jawab atas kematian siswa dan guru mereka karena menunjukkan keberadaan mereka," kata Abdiasis Abu Musab, juru bicara militer Al Shabaab.

Dalam sebuah laporan minggu ini, kelompok hak asasi manusia yang berbasis di New York itu mengatakan bahwa sejak September 2017, al Shabaab telah memerintahkan para tetua desa, guru di sekolah agama, dan masyarakat pedesaan untuk menyerahkan ratusan anak berusia delapan tahun.

Milisi Al Shabaab yang terkait Alqaidah berjuang menggulingkan pemerintah Somalia yang didukung Perserikatan Bangsa Bangsa dan menetapkan peraturannya sendiri berdasarkan interpretasi yang ketat terhadap hukum syariah Islam.

Somalia telah dilanda oleh konflik sejak awal 1990-an, ketika para panglima perang berbasis klan menggulingkan penguasa otoriter Mohamed Siad Barre sebelum kemudian saling bertempur satu sama lain.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah yang dipimpin oleh pemerintah federal Mogadishu telah muncul, dan pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika yang mendukung pasukan Somalia secara bertahap kembali mengambil alih wilayah wilayah dari gerilyawan.

Sebelumnya Human Rights Watch mengatakan bahwa kelompok bersenjata tersebut telah merekrut ribuan anak untuk diindoktrinasi dan menjadi petempur garis depan selama beberapa dasawarsa belakangan dan sekolah agama -yang dimulai pada 2015- ditekan untuk mengajarkan kurikulum al Shabaab.

"Kelompok tersebut harus segera berhenti menculik anak-anak dan melepaskan semua anak dari kelompok mereka," kata Laetitia Bader, peneliti senior Afrika Human Rights Watch, "Pemerintah Somalia harus memastikan anak-anak ini tidak dilukai."

Gamal Hassan, Menteri Perencanaan, Investasi dan Pembangunan Ekonomi Somalia, mengatakan bahwa dia tidak terkejut dengan laporan perekrutan anak yang agresif oleh kelompok tersebut. Dia tidak memberikan tanggapan apapun terhadap bagaimana pihak berwenang melindungi anak-anak dengan lebih baik.

"Al Shabaab terus melakukan kegiatan gelap, tidak bermoral dan melawan hukum kemanusiaan," kata Hassan dalam pertemuan pada Rabu, "Saya tidak terkejut mereka melakukan itu. Mereka biasa melakukan itu, dan sekarang mereka terus melakukan itu."

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement