Kamis 22 Mar 2018 15:16 WIB

Pendidikan Anak Perempuan Nigeria Terancam Boko Haram

Anak-anak perempuan Nigeria enggan kembali ke sekolah.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Militan Boko Haram bunuh warga sipil Nigeria.
Foto: Reuters
Militan Boko Haram bunuh warga sipil Nigeria.

REPUBLIKA.CO.ID, LAGOS -- Lembaga di bawah PBB untuk anak-anak, Unicef menyatakan, pemerintah Nigeria memiliki kewajiban untuk memastikan keamanan lingkungan sekolah bagi anak-anak, terutama anak-anak perempuan. Di negara tersebut siswi-siswi sekolah banyak yang telah menjadi target penculikan kelompok militan Boko Haram.

Unicef menegaskan kembali, sekolah harus menjadi tempat yang aman dan dilindungi setiap saat. Sejak dimulainya pemberontakan pada 2009, lebih dari 2.295 guru telah tewas, 19 ribu orang mengungsi, dan hampir 1.400 sekolah hancur," ujar kata juru bicara Unicef Eva Hinds dalam sebuah pernyataan, Rabu (21/3) malam.

Pernyataan tersebut merupakan tanggapan dari pembebasan 104 dari 110 siswi sekolah yang telah menjadi korban penculikan Boko Haram di Kota Dapchi. Gadis-gadis itu diculik pada 19 Februari lalu, hampir empat tahun setelah 276 siswi di Kota Chibok juga diculik pada 2014.

"Kami senang melihat gadis-gadis itu kembali ke lingkungan yang aman dekat keluarga mereka," kata Hinds. Ia menambahkan, lembaga itu akan bekerja sama dengan LSM lokal untuk menawarkan perawatan medis dan dukungan psikososial bagi para gadis dan keluarga mereka.

photo
Para perempuan tawanan Boko Haram dilepaskan. (ilustrasi)

Unicef juga menyatakan bela sungkawa kepada lima keluarga yang anak perempuannya diduga tewas selama penculikan. Namun dugaan tersebut belum dapat dikonfirmasi oleh pemerintah.

Organisasi wanita Muslim terkemuka Nigeria Al-Muminaat Social Advocacy Project (SAP) memperingatkan, pendidikan anak perempuan telah terancam di negara itu kecuali pihak berwenang memastikan keamanan yang tepat untuk sekolah.

SAP memuji pemerintah Nigeria karena berhasil mengupayakan kebebasan para anak perempuan yang diculik Boko Haram. Menurut SAP, pemerintah Nigeria masih harus berupaya menyelamatkan siswi-siswi yang tersisa, termasuk 113 siswi Chibok yang masih ditahan sejak 2014.

"Setiap hari kami mendengarkan cerita, gadis-gadis itu enggan kembali ke sekolah. Tidak ada yang bisa menyalahkan orang tua atau bahkan anak-anak perempuan itu yang menyimpulkan sekolah tidak aman bagi mereka. Pengalaman telah mengajari mereka dan tidak ada yang lebih baik dari pengalaman," kata koordinator SAP, Sherifah Yusuf-Ajibade, kepada Anadolu.

Menurutnya, pemerintah harus memberi jaminan keamanan terhadap sekolah. "Pendidikan anak perempuan telah dipertaruhkan. Jika sikap apatis ini tidak diatasi dengan memastikan keselamatan nyawa para gadis yang memilih untuk bersekolah, maka masa depan perempuan dan keluarga dapat terpengaruh secara negatif," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement