Ahad 20 May 2018 11:13 WIB

Kecelakaan Pesawat, Kuba Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Sebanyak 99 korban di antaranya adalah warga Kuba.

Rep: Crystal Liestia Purnama / Red: Friska Yolanda
Kecelakaan pesawat di Kuba.
Foto: EPA-EFE/Omara García
Kecelakaan pesawat di Kuba.

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Kecelakaan pesawat komersil Boeing 737 di Kuba menewaskan 110 orang. Bencana ini merupakan peristiwa paling mematikan dalam waktu hampir 30 tahun di pulau Karibia.

Pesawat penumpang itu jatuh tak lama setelah tinggal landas dari Havana dalam penerbangan domestik ke Halguin. Dari 110 orang korban meninggal, 99 di antaranya adalah warga Kuba.

Bendera-bendera setengah tiang dikibarkan di negara itu sejak Sabtu (19/5). Itu menandai dimulainya dua hari berkabung nasional. 

Sementara, pihak berwenang masih bekerja untuk mengidentifikasi para korban. Sampai saat ini, baru 15 korban yang telah berhasil diidentifikasi.

Dalam konferensi pers di Havana pada Sabtu, pihak berwenang mengatakan tiga dari penumpang yang meninggal itu adalah turis asing. Dari ketiga turis asing tersebut dua dari Argentina dan satu dari Meksiko. Selain itu enam anggota awak pesawat juga meninggal dalam kecelakaan tersebut.

Pesawat Boeing 737 itu disewa oleh maskapai milik pemerintah Cubana de Aviacin dari perusahaan Meksiko, Damojh. Menurut kepala rumah sakit tempat para pasien dirawat, tiga korban wanita selamat tapi masih dalam kondisi kritis.

Baca juga: Tiga Orang Selamat dalam Kecelakaan Pesawat Kuba

Sementara di depan ruang jenazah, para kerabat korban yang telah dikonfirmasi meninggal saling berpelukan dan menangis. Mereka juga yangmemberikan informasi tentang orang yang dicintai kepada pihak berwenang untuk membantu proses identifikasi.

"Ini adalah kematian yang sangat tidak terduga, dia tidak pantas mendapatkannya. Nenek saya adalah orang yang kuat," kata Katherine Lucia Martinez, seorang pelajar berusia 18 tahun.

Neneknya yang berusia 60 tahun termasuk di antara yang meninggal. Dia bersama sanak keluarga lain dari almarhum sedang menunggu pembaruan informasidari pihak berwenang disebuah hotel di Havana.

Presiden Miguel Diaz-Canel pada Sabtu mengunjungi ruang jenazah, sehari setelah meninjau lokasi kecelakaan itu. Itu adalah ujian besar pertama dalam masa kepresidenannya setelah mengambil kendali pemerintahan dari Raul Castro bulan lalu.

Para pejabat mengatakan penyelidik Kuba bekerja semalam di lokasi kecelakaan. Mereka memilah-milah rongsokan yang terbakar untuk digunakan sebagai barang bukti. Mereka melakukannya di daerah pertanian sekitar 20 kilometer di selatan Havana.

Meksiko juga mengatakan akan mengirim tim penyelidik dari Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil pada Sabtu. Kebanyakan kecelakaan pesawat membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk dilakukan penyelidikan.

"Sejauh ini mereka telah memulihkan perekam suara kokpit dalam kondisi baik," kata Menteri Transportasi Kuba Adel Yzquierdo pada hari Sabtu. "Mereka masih mencari perekam data penerbangan."

Departemen transportasi Meksiko mengatakan di situs webnya tentang kronologi kejadian kecelakaan hebat itu. "Saat tinggal landas (pesawat) tampaknya mengalami masalah dan terjun ke tanah," tulis departemen tersebut di situs web resmi.

"Pesawat itu terbakar, lalu terbalik dan kemudian menukik," kata Marino Perez Alvaredo, seorang petani yang tengah bekerja di dekat jatuhnya pesawat.

Kecelakaan itu adalah yang terburuk di Kuba sejak pesawat penumpang Ilyushin-62M buatan Soviet jatuh di dekat Havana pada 1989. Kecelakaan tersebut menewaskan 126 orang di dalamnya dan 14 lainnya di darat.

"Demi cinta Tuhan, saya tidak pernah berpikir saya akan melihat ini. Mereka seharusnya memeriksa pesawat itu dengan baik,"kata Caridad Miranda (45 tahun), adik dan keponakannya tewas dalam kecelakaan itu.

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement