Kamis 11 Jan 2018 10:23 WIB

Trump: Kami Bisa Kembali Masuk Kesepakatan Iklim Paris

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Demonstran berkumpul di luar Gedung Putih di Washington memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian iklim Paris.
Foto: AP Photo/Susan Walsh
Demonstran berkumpul di luar Gedung Putih di Washington memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian iklim Paris.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut negaranya dapat kembali masuk ke kesepakatan iklim Paris. Trump telah menarik AS dari kesepakatan tersebut tahun lalu.

"Kami dapat kembali masuk (ke kesepakatan iklim Paris). Saya merasa sangat kuat tentang lingkungan," kata Trump saar menggelar konferensi pers bersama Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg di Washington, Rabu (10/1), seperti dilaporkan laman The Independent.

Namun, ia tetap kukuh kesepakatan iklim Paris yang ditandatangani masyarakat internasional pada 2015 merupakan kesepakatan buruk dan tidak adil bagi AS. "Kesepakatan Paris benar-benar akan menghilangkan daya saing kami dan kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi," ujar Trump.

Pada Juni tahun lalu, Trump menarik AS dari kesepakatan iklim Paris. Ia mengaku keberatan dengan ketentuan dalam kesepakatan tersebut dan menuding kesepakatan tersebut merupakan tipuan yang dibuat Cina.

Trump menghendaki kesepakatan iklim Paris dapat dirombak kembali. "Kami akan bergerak menegosiasikan kesepakatan yang lebih adil dan tentunya tidak merugikan bisnis serta semua pekerja di AS," ujarnya kala itu.

Kesepakatan iklim Paris berisi sejumlah ketentuan yang cukup komprehensif terkait perubahan iklim. Kesepakatan itu mengharuskan negara-negara yang terikat di dalamnya mengurangi emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Sekitar 147 negara, termasuk AS menandatangani kesepakatan iklim tersebut. Hanya terdapat dua negara yang abstain, yakni Suriah dan Nikaragua.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement