Sabtu 20 Jan 2018 17:57 WIB

Brasil Tutup Tempat Pembuangan Sampah Terbesar

Tempat pembuangan sampah Estructural menjadi yang terbesar di Amerika Latin.

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
Foto: Republika/Panca
Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

REPUBLIKA.CO.ID, BRAZILIA -- Satu hal yang dilupakan oleh perancang Brasilia, ibukota Brasil, adalah membangun tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Arsitek terkenal Oscar Neimeyer yang merancang ibukota Brasil serta perancang tata kota Lucio Costa, mungkin tidak pernah membayangkan begitu pesatnya perkembangan kota.

Sekarang, 67 tahun kemudian bersama 50 miliar ton sampah yang telah dihasilkan membuat tempat pembuangan sampah Estructural menjadi yang terbesar di Amerika Latin. Setidaknya sampai Jumat (19/1), ketika tempat pembuangan sampah tersebut ditutup.

Gubernur Brasilia Rodrigo Rollemberg baru saja membuka tempat pembuangan sampah yang baru, jauh dari pusat kota dan kebijakan tersebut ternyata ditentang banyak pemulung yang menggantungkan hidup dari sampah di Estructural. "Kita tidak bisa hidup dengan luka menganga di tengah ibukota negara, tempat pembuangan sampah dimana banyak manusia menghadapi resiko dalam sebuah kehidupan yang tidak bermartabat," kata gubernur saat membuka secara resmi TPA baru tersebut.

Sejak ibu kota ini didirikan di sebuah peternakan sapi di dataran tinggi, Brasilia telah berkembang menjadi kota metropolitan terbesar keempat dengan sekitar 2,5 juta penduduk. Hanya berjarak sekitar 20 km dari istana kepresidenan, ribuan pemulung mencari nafkah selama puluhan tahun dengan memilih kaleng, kawat tembaga dan apapun yang bisa didaur ulang dan dijual.

Dari generasi ke generasi, pemulung tersebut membawa anak-anak mereka untuk bekerja di tempat berdebu, di bawah terik matahari, diganggu oleh kawanan lalat dan bau busuk dari makanan busuk dan gas metana. Rencana Rollemberg adalah mempekerjakan pemulung di pusat triase yang baru di dalam gudang yang bersih, dimana sampah dapat dipisahkan berdasarkan jenis untuk didaur ulang, layaknya pekerja dengan menggunakan seragam dan sarung tangan.

Tapi rencana tersebut ternyata ditentang oleh banyak pemulung karena khawatir penghasilan mereka justru akan berkurang. "Saya harus mulai bekerja di jalanan mencari sampah," kata Evando Souza (32), yang sudah bekerja di tempat pembuangan sampah tersebut selama lima tahun.

Dibantu oleh tiga anak mudanya, Souza mengatakan dalam satu bulan ia bisa membawa pulang 3.000 reais (937 dolar AS), yang berarti lebih dari tiga kali upah minimum. "Hari ini adalah hari yang beruntung bagi kami," katanya sambil memoles cincin perak yang mereka temukan dan ponsel Nokia model lama.

Souza mengatakan bahwa ia mempertimbangkan untuk untuk kembali kampung halaman di di timur laut Brasil. Disaat kelompok hak asasi manusia mengkritik kondisi tidak sehat dan pekerja anak di tempat pembuangan sampah tersebut, para pencinta lingkungan mengingatkan bahwa tampat pembuangan sampah telah mencemari sumber air tanah di Brasilia, kota yang sudah harus ada pasokan air untuk mengatasi kekeringan.

Dihuni oleh para pegawai pemerintah yang digaji cukup tinggi, Brasilia memiliki pendapatan per kapita tertinggi di negara ini - dan rumah tangga makmur yang menghasilkan banyak sampah.

Lebih dari 1.200 ton sampah dibuang setiap hari di TPA oleh truk tanpa henti, kecuali setiap tengah malam pada hari Jumat.

Penutupan akan berdampak pada keluarga yang tinggal di Ciudad Estructural, sebuah komunitas pemulung yang dihuni sekitar 40 ribu orang. Banyak yang akan mengalami kesulitan menemukan pekerjaan yang lain karena Brasil saat ini sedang mencoba bangkit dari situasi resesi ekonomi terburuk dalam beberapa dekade terakhir.

Beberapa anggota kelompok koperasi pemulung dengan 3.000 orang anggota mengatakan mereka lebih suka tetap bekerja di TPA karena tidak harus mengeluarkan biaya perjalanan panjang ke pusat daur ulang yang baru. "Rollemberg belum menawari kami alternatif yang jelas. Kami tidak bisa bertahan pada gaji itu," kata Valdir Dutra, yang mengaku telah mengandalkan penghidupannya dengan mengais sampah selama 16 tahun.

"Saya akan membereskan CV saya dan mencari pekerjaan apa yang bisa saya temukan," katanya sambil tersenyum getir.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement