Senin 22 Jan 2018 03:32 WIB

Trumplomacy: Apakah Trump Membuat Dunia Lebih Berbahaya?

Trump dinilai mengikuti cara diplomasi Barack Obama.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Andri Saubani
Presiden AS Donald Trump
Foto: thesource.com
Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, Dunia telah menjadi tempat yang lebih 'tidak pasti' sejak Presiden AS Donald Trump mengeluarkan keputusan America First-nya dalam bahasa yang suram serta sangat mengejutkan sekutu dan lawannya. Tapi apakah itu menjadi dunia lebih berbahaya?

Presiden Trump mungkin telah memicu kekhawatiran dan menimbulkan kekacauan dengan kicauannya di Twitter. Tetapi, sebenarnya dia belum memulai perang baru dan, pada umumnya, dia mengikuti cara pendahulunya, Barack Obama.

Apakah Trump akan membuat seluruh penjuru dunia lebih dekat dengan semacam krisis global?

Berikut adalah beberapa aksi diplomasi Trump yang menarik versi BBC.

'Kemenangan Timur Tengah - Negara Islam'

Sejak Trump menjadi presiden, kelompok negara Islam telah dikalahkan di Irak dan Suriah -kekhalifahan IS telah dieliminasi dan sisa-sisanya terusir.

Kelompok ini (IS) telah melahirkan afiliasi aktif di belahan dunia lain, dan ini adalah cap yang terus mengilhami kekerasan ekstremis. Tapi pusat syarafnya telah terputus, membuat ancamannya kurang kuat.

Orang bisa berdebat tentang apakah Trump berhak mengklaim pujian atau apakah dia hanya menyelesaikan apa yang dimulai oleh Obama. Dia memang mengikuti jejak Obama -mendukung pasukan lokal dengan bom dari udara dan pasukan operasi khusus di lapangan- namun, ia mempercepat kampanye tersebut dan memberi lebih banyak wewenang kepada komandan Amerika untuk menjalankannya.

"Itu memiliki dampak besar," kata utusan khusus untuk koalisi global yang melawan kelompok IS, Brett McGurk. McGurk telah bekerja untuk kedua presiden tersebut (Obama dan Trump).

'Perang nuklir kembali mulai terdeteksi dari radar'

Presiden Korea Utara Kim Jong-Un telah membuat dunia menjadi tempat yang lebih berbahaya dengan membangun senjata nuklir dan mengancam Amerika Serikat. Tetapi, Trump telah membuat situasi ini lebih berbahaya dengan menanggapi retorika yang berapi-api, meningkatkan risiko konflik tanpa disengaja dengan rezim tertutup dan paranoid itu.

Trump melontarkan perkataan hinaan dan ancaman, sebagai respons bahwa ia ingin mengajak Korea Utara duduk bersama dan berbicara. Wakil Sekretaris Negara era Presiden George W Bush, John Negroponte, mengatakan bahwa Trump tengah berusaha membuat dunia lebih aman.

"Orang-orang sangat marah karena dia memanggil Kim Jong-un 'Rocket Man' di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan itu membahayakan perdamaian dunia?" tutur Negroponte.

Ini adalah pertama kalinya AS mengancam akan menyerang negara bersenjata nuklir sejak krisis rudal Kuba pada 1962.

'Kembali ke Perang Dingin'

Sekretaris Pertahanan era Presiden Bill Clinton, William Perry, mengaku terlalu akrab dengan peringatan palsu adanya serangan rudal masuk ke AS. Perry juga memimpin pembongkaran senjata nuklir pada 1990-an, dan sekarang memperingatkan ancaman tersebut kembali muncul.

"Ini dikarenakan Amerika Serikat dan Rusia saat ini saling berhadapan dengan permusuhan yang menciptakan bahaya geopolitik dalam Perang Dingin," kata dia pada sebuah forum.

"Dan karena Amerika Serikat dan Rusia sedang membangun kembali persenjataan nuklir mereka, yang menciptakan bahaya militer dari Perang Dingin," lanjut Perry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement