Selasa 06 Mar 2018 19:30 WIB

Bocoran Email Ungkap Upaya untuk Gulingkan Menlu AS

Pengusaha Elliot Broidy diduga mencoba menyakinkan Trump agar memecat Tillerson.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson.
Foto: EPA
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sejumlah email yang bocor ke publik telah mengungkap upaya yang dilakukan pengusaha Elliott Broidy untuk menggulingkan Rex Tillerson dari jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri AS. Pengusaha yang dekat dengan Uni Emirat Arab (UEA) ini diduga tengah mencoba meyakinkan Presiden AS Donald Trump untuk memecat Tillerson karena tidak mendukung blokade terhadap Qatar.

Menurut isi email yang dilihat oleh BBC, Broidy yang juga merupakan penggalang dana utama Trump, telah bertemu dengan presiden AS itu pada Oktober 2017. Ia mengatakan kepada Trump jika diplomat tertinggi AS tersebut berkinerja buruk.

Dalam email tersebut, Broidy menyebut Tillerson sebagai "tower of Jello" dan menurutnya Tillerson perlu dipecat. Dia juga mengkritik Qatar dan menyebutnya sebagai stasiun televisi berkedok negara, mengacu pada jaringan media Aljazirah.

Broidy mendukung Trump yang akan menjadwalkan pertemuan dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed Al Nahyan. Seorang juru bicara Broidy mengatakan kepada media AS, pengusaha tersebut menuduh Qatar telah membobol emailnya.

Menurut New York Times, Broidy memiliki perusahaan yang memiliki nilai kontrak ratusan juta dolar AS dengan UEA. Email ini mengkonfirmasi pemberitaan sebelumnya tentang memo dari Broidy, yang meminta AS menerapkan kebijakan untuk mendukung UEA.

Arab Saudi, UEA, Mesir, dan Bahrain telah memutuskan hubungan diplomatik dan transportasi dengan Qatar pada 5 Juni lalu. Negara-negara itu menuduh Qatar mendukung terorisme dan Qatar telah berulang kali menolak tuduhan tersebut. Sementara Tillerson justru mendesak Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya untuk menghentikan blokade tersebut.

Email mengenai pertemuan Broidy dengan Trump dikirim ke George Nader, seorang pengusaha Lebanon-Amerika dan penasihat penguasa de facto UEA. Nader tengah ditanyai oleh Penasihat Khusus Robert Mueller tentang hubungannya dengan UEA dan pertemuannya dengan pejabat Gedung Putih.

Nader diminta untuk mengungkapkan informasi tentang kemungkinan adanya upaya UEA untuk memberi pengaruh politik dengan menyumbang uang untuk mendukung Trump selama kampanye kepresidenan. Mueller sedang menyelidiki dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden 2016 di AS.

Nader diduga ikut serta dalam diskusi mengenai kebijakan luar negeri Amerika di kawasan Teluk dengan kepala ahli strategi Stephen Bannon dan penasihat senior Jared Kushner, yang juga menantu Trump, tak lama setelah Trump menjabat. Analis mengatakan, bukti tersebut menunjukkan besarnya pengaruh UEA di Washington.

"Sepertinya UEA telah menginvestasikan begitu banyak. Sekarang ini mereka terlalu percaya diri mereka dapat mempengaruhi pemerintahan AS," ujar Mohammed Cherkaoui, profesor di Universitas George Washington, kepada Aljazirah.

"Yang mengkhawatirkan bukanlah tindakan lobi biasa yang telah menjadi bagian dari permainan di Washington, tapi Anda memiliki dua agen yang mencoba menghubungkan langsung antara Trump dan Mohammed bin Zayed," ujarnya.

The Washington Post bulan lalu melaporkan, empat negara Teluk yang memboikot Qatar, termasuk UEA, mungkin telah berusaha memanfaatkan kurangnya pengalaman Kushner dan hutang bisnis keluarganya untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah AS.

Baca juga: AS Tegaskan akan Terus Dukung Israel di PBB

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement