Selasa 13 Mar 2018 17:24 WIB

AS: Taliban Tertarik untuk Berunding

Presiden Afghanistan telah menawarkan perundingan tanpa prasyarat dengan Taliban

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Militan Taliban bergerak di Afganistan.
Foto: Mirror
Militan Taliban bergerak di Afganistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Amerika Serikat (AS) mengaku menangkap sinyal ketertarikan dari Taliban untuk menjajaki kemungkinan perundingan dengan pemerintah Afghanistan dan mengakhiri perang selama 16 tahun. Hal ini disampaikan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis yang melakukan kunjungan mendadak ke Afghanistan.

"Ada sinyal ketertarikan yang telah kami tangkap dari pihak Taliban," ujar Mattis kepada wartawan sebelum mendarat di ibu kota Kabul, Selasa (13/3).

Namun Mattis tidak menjelaskan secara detail indikasi apa yang didapatkan AS. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sebelumnya telah menawarkan perundingan tanpa prasyarat dengan gerilyawan Taliban bulan lalu.

"Ada beberapa kelompok Taliban, kelompok kecil, yang telah mulai berdatangan dan menyatakan minat untuk berunding. Dengan kata lain, jika seluruh Taliban yang menyatakan kesiapannya untuk berunding, mungkin akan terlalu jauh dari harapan. Namun yang jelas ada unsur Taliban yang tertarik untuk berbicara dengan pemerintah Afghanistan," kata Mattis.

Para diplomat dan pejabat Barat di Kabul mengatakan kontak yang melibatkan perantara telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk membahas peraturan dasar dan wilayah potensial guna kemungkinan dilakukannya perundingan dengan beberapa unsur Taliban.

Namun, milisi Taliban yang merebut sebuah distrik di Afghanistan barat awal pekan ini, tidak memberi tanda apapun kepada publik untuk menerima tawaran Ghani. Mereka malah mengeluarkan beberapa pernyataan yang menyatakan mereka akan terus melakukan perlawanan.

AS telah meningkatkan bantuan kepada militer Afghanistan dan meneruskan serangan udara terhadap Taliban. AS masih berupaya untuk memecahkan kebuntuan dan memaksa Taliban untuk duduk di meja perundingan.

Uzbekistan akan menjadi tuan rumah konferensi perdamaian Afghanistan di akhir bulan ini. Para peserta diharapkan dapat memfasilitasi pembicaraan langsung antara kelompok militan dan pemerintahan Ghani.

Namun, Taliban tampaknya akan melewatkan konferensi tersebut dan sejauh ini telah mengesampingkan upaya perundingan dengan pemerintah. Mereka menyebut pemerintahan Presiden Ghani adalah sebuah rezim yang tidak sah dan dipaksakan oleh pihak asing.

Mereka telah menawarkan untuk berbicara langsung dengan AS tentang kemungkinan adanya kesepakatan damai. Ketika ditanya apakah AS bersedia berbicara langsung dengan Taliban, Mattis menegaskan kembali posisi AS bahwa perundingan harus dipimpin oleh pemerintahan resmi di Kabul.

"Kami ingin orang Afghanistan memimpin dan memberikan substansi pada upaya rekonsiliasi," ungkap Mattis.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement