Rabu 14 Mar 2018 03:00 WIB

Majalah Natgeo Akui Bersikap Rasis dalam Liputannya

Majalah ini terbit sejak 1888.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
National Geographic
Foto: wallpapershunt.com
National Geographic

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Majalah AS National Geographic (Natgeo) mengatakan bahwa liputan masa lalunya terhadap orang-orang di seluruh dunia bersifat rasis. Editor Natgeo, Susan Goldberg mengatakan, Majalah Natgeo edisi bulan April didedikasikan untuk ras dan majalah tersebut telah meminta John Edwin Mason, seorang profesor dari University of Virginia yang memiliki keahlian dalam sejarah dan fotografi Afrika, untuk memeriksa arsipnya, seperti dilaporkan CNN, Selasa (13/3).

Sejak 1888 majalah tersebut telah memamerkan sejarah, sains, geografi, dan budaya di seluruh dunia melalui fotografi yang hidup dan cerita yang unik. "Apa yang ditemukan Mason singkatnya adalah bahwa sampai tahun 1970-an National Geographic mengabaikan orang-orang warna kulit lainnya yang tinggal di AS, jarang sekali mengakui mereka di luar mereka sebagai buruh atau pekerja rumah tangga," tulis Goldberg.

"Sementara itu Natgeo membayangkan 'penduduk asli' di tempat lain sebagai eksotik, terkenal dan sering tidak berpakaian, pemburu bahagia, orang gila yang mulia - setiap jenis klise," katanya menambahkan.

Natgeo memutuskan untuk memeriksa kembali liputannya, menandai 50 tahun sejak pemimpin hak asasi manusia Martin Luther King dibunuh, seperti dilaporkan BBC. "Mari kita hadapi penggunaan rasisme yang memalukan saat ini sebagai strategi politik dan membuktikan bahwa kita lebih baik dari ini," Goldberg menulis dalam sebuah editorial yang berjudul "For Decades, Our Coverage Are Racist" atau "Dalam Puluhan Tahun, Liputan Kami Rasis".

Goldberg mengatakan beberapa materi arsip majalah tersebut membuat dia 'terdiam', termasuk foto Aborigin Australia pada 1916 dengan judul "Orang Hitam ustralia Selatan: Orang-orang biadab ini paling rendah dalam kecerdasan semua manusia".

Ia merupakan editor ke-10 publikasi tersebut dan juga wanita pertama dan orang Yahudi yang memegang jabatan tersebut. Dia menulis bahwa latar belakangnya membuat dia menjadi anggota dua kelompok yang juga pernah menghadapi diskriminasi di sini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement