Sabtu 17 Mar 2018 23:52 WIB

Facebook Tangguhkan Perusahaan Analis Politik AS

Facebook menilai ada kebijakan privasi yang dilanggar.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Teguh Firmansyah
Facebook
Facebook

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Facebook Inc menyatakan telah menangguhkan perusahaan Cambridge Analytica, yakni perusahaan analisis data politik yang bekerja untuk kampanye pemilihan Presiden AS Donald Trump pada 2016. Hal tersebut dilakukan lantaran Facebook telah menemukan data kebijakan privasi yang telah dilanggar.

Seperti dilansir dari Reuters, Facebook menangguhkan Cambridge Analytica dan kelompok induknya, Strategic Communication Laboratories (SCL) setelah menerima laporan bahwa mereka tidak menghapus informasi mengenai pengguna Facebook, yang telah tersebar secara tidak pantas.

"Kami akan mengambil tindakan hukum jika perlu, untuk meminta pertanggungjawaban mereka atas perilaku yang melanggar hukum," ujar pihak Facebook. Mereka juga menambahkan, phaknya masih terus menyelidiki klaim tersebut.

Cambridge Analytica tidak segera memberikan komentar. Facebook sendiri juga tidak menyebutkan kampanye Trump atau kampanye politik apapun dalam pernyataannya, terkait dengan perusahaan Deputy General Counsel Paul Grewal.

Cambridge Analytica sebelumnya bekerja untuk kampanye presiden AS yang gagal, Senator Ted Cruz. Kemudian mereka bekerja untuk ampanye presiden Donald Trump.

Dalam situsnya, mereka mengatakan menyediakan kampanye Donald Trump untuk Presiden dengan keahlian dan wawasan yang membantu memenangkan Gedung Putih.

 

Sementara Brad Parscale, yang mengelola operasi iklan digital Trump pada 2016 yang juga merupakan manajer kampanye 2020, menolak berkomentar, Jumat (16/3) waktu setempat.

Menurut Reuters, Parscale dalam wawancara terakhirnya menyebut Cambridge Analytica memainkan peran kecil sebagai kontraktor dalam kampanye Trump 2016. Kampanye tersebut jugamenggunakan data pemilih dari sebuah organisasi yang berafiliasi dengan Republik dan bukan Cambridge Analytica.

Dengan penangguhan tersebut berarti Cambridge Analytica dan SCL tidak dapat membeli iklan di jaringan media sosial terbesar di dunia itu. "Mereka juga tak bisa mengelola halaman milik klien," kata Andrew Bosworth, seorang wakil presiden Facebook dalam postingan Twitternya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement