Selasa 10 Apr 2018 10:32 WIB

Trump tak Terima FBI Gerebek Kantor Pengacara Pribadinya

FBI menyita dokumen bisnis, surel, dan dokumen pembayaran ke aktris film dewasa.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nidia Zuraya
Petugas FBI (ilustrasi)
Foto: Reuters
Petugas FBI (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Biro Investigasi Federal (FBI) menggerebek kantor Rockefeller Center dan kamar hotel di Park Avenue milik pengacara pribadi Donald Trump, Michael J Cohen, Senin (9/4) pagi waktu setempat. Badan investigasi utama dari Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) itu menyita dokumen bisnis, surel, dan dokumen yang berkaitan dengan beberapa topik, termasuk pembayaran kepada seorang aktris film porno.

Beberapa jam kemudian, Presiden AS tersebut merespons dengan ekspresi yang luar biasa marah. Dia menuduh Departemen Kehakiman melakukan 'perburuan penyihir.' Dia memberi tahu orang-orang bahwa penggerebekan tersebut terkait kemungkinan penipuan bank oleh Cohen.

Presiden berbicara di Gedung Putih sebelum bertemu dengan komandan militer senior tentang potensi serangan rudal ke Suriah. Dia menyebutkan, FBI menyerbu dengan situasi memalukan. "Ini serangan terhadap negara kita dalam arti yang sebenarnya," katanya yang dikutip the New York Times.

Tidak jelas bagaimana FBI memasuki kantor Cohen. Akan tetapi, agen itu memiliki surat perintah penggeledahan. Biasanya agen akan menunjukkannya kepada personel kantor agar diizinkan masuk.

Menurut seseorang yang mendapat informasi tentang pencarian, dokumen-dokumen itu diidentifikasi dalam surat perintah kembali tahun-tahun sebelumnya.

Para jaksa memperoleh surat perintah penggeledahan setelah menerima rujukan dari penasihat khusus dalam penyelidikan Rusia, Robert S Mueller III. Pengacara Cohen menyebut penggeledahan itu benar-benar tidak pantas dan tidak perlu.

Pencarian itu tampaknya tidak secara langsung terkait dengan penyelidikan Mueller. Namun, kemungkinan besar pencarian itu dihasilkan dari informasi yang dia temukan dan berikan kepada jaksa di New York.

Dalam kecamannya melawan FBI, Trump memikirkan kemungkinan bahwa dia akan segera memecat Mueller. Juni lalu, Presiden secara internal merasa ingin memecat Mueller, tetapi hal itu masih dibicarakan.

"Kami akan melihat apa yang mungkin terjadi," kata Trump, Senin (9/4). "Banyak orang mengatakan kami harus memecatnya."

Trump sekali lagi mencerca Jaksa Agung Jeff Sessions karena mengundurkan diri dalam penyelidikan Rusia. Dia juga mengecam FBI karena gagal menyelidiki Hillary Clinton, yang menurut dia ada kejahatan.

Trump mengkritik Wakil Jaksa Agung Rod J Rosenstein, yang mengawasi penyelidikan Rusia. Selain itu, dia menyebut tim Mueller sebagai kelompok orang yang paling berat sebelah. Dia mengatakan, timnya kebanyakan orang Demokrat dan beberapa orang Republik yang pernah bekerja untuk mantan presiden Barack Obama.

"Sekarang benar-benar pada tingkat ketidakadilan yang baru," kata Trump.

Pengacara Cohen, Stephen Ryan, membenarkan penggerebekan tersebut. "Hari ini, kantor pengacara AS untuk Distrik Selatan New York mengeksekusi serangkaian surat penggeledahan dan menyita komunikasi istimewa antara klien saya, Michael Cohen, dan kliennya," kata Ryan.

"Saya telah diberi tahu oleh jaksa federal bahwa tindakan New York adalah, sebagian, rujukan dari kantor penasihat khusus, Robert Mueller."

Sessions menunjuk pengacara AS untuk Distrik Selatan, Geoffrey S Berman, pada bulan Januari. Berman adalah mantan mitra hukum Rudolph W Giuliani, mantan wali kota New York dan pendukung Trump.

Seseorang yang mengetahui penggeledahan tersebut mengatakan, pembayaran kepada aktris film porno, Stephanie Clifford, yang dikenal sebagai Stormy Daniels, hanyalah salah satu dari banyak topik yang sedang diselidiki. FBI juga menyita surel, dokumen pajak, dan catatan bisnis.

Agen itu menggerebek ruang yang digunakan Cohen di kantor Rockefeller Center, firma hukum Squire Patton Boggs, serta sebuah kamar yang ditempati Cohen di Loews Regency Hotel di Park Avenue sementara apartemennya sedang direnovasi.

Untuk mendapatkan surat perintah penggeledahan, jaksa penuntut harus meyakinkan hakim federal bahwa agen cenderung menemukan bukti aktivitas kriminal.

Penggerebekan ini adalah gangguan yang signifikan oleh jaksa ke dalam transaksi salah satu kepercayaan terdekat Trump. Itu menimbulkan dilema bagi Trump.

Dia telah menolak penyelidikan Mueller sebagai 'perburuan penyihir,' tetapi surat perintah ini diperoleh oleh sekelompok jaksa yang tidak terkait. Penggerebekan juga membutuhkan konsultasi sebelumnya dengan anggota senior Departemen Kehakiman Trump sendiri.

Bagaimanapun, Trump dan Cohen menganggap penggerebekan ini sebagai upaya oleh Mueller untuk menggunakan jaksa New York sebagai wakilnya, menurut orang yang dekat dengan keduanya.

Penggerebekan ini membuka fron baru untuk Departemen Kehakiman dalam pengawasannya terhadap Trump dan rekan-rekannya. Seperti pengacara lamanya yang sedang diselidiki di Manhattan; menantu laki-lakinya, Jared Kushner, sedang menghadapi pemeriksaan oleh jaksa di Brooklyn; ketua kampanyenya berada di bawah dakwaan; mantan penasihat keamanan nasionalnya telah mengaku bersalah berbohong; dan sepasang mantan pembantu kampanye bekerja sama dengan Mueller. Sementara itu, Mueller ingin menginterogasi Trump tentang kemungkinan terhalangnya keadilan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement