Kamis 19 Apr 2018 11:25 WIB

Parlemen Kuba Pilih Pengganti Castro

Selama hampir 60 tahun Kuba dipimpin oleh keluarga Castro

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Kuba Raul Castro
Foto: indyposted
Presiden Kuba Raul Castro

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Presiden Kuba Raul Castro (86 tahun) dijadwalkan akan mundur dari jabatannya pada Kamis (19/4), setelah 10 tahun berkuasa. Dia telah mengumumkan masa pensiunnya beberapa tahun yang lalu dan telah lama mengisyaratkan wakil presidennya Miguel Diaz-Canel, pendukung Partai Komunis berusia 57 tahun, untuk menjadi penggantinya.

Langkah penggantian kepemimpinan ke generasi muda di Partai Komunis ini menjadi sebuah sejarah baru di Kuba, yang telah didominasi selama hampir 60 tahun oleh Fidel Castro dan kemudian saudaranya, Raul Castro. Diaz-Canel akan menjadi pemimpin non-Castro pertama di pulau itu sejak revolusi 1959.

Meski demikian, dalam jangka pendek pemimpin baru Kuba dinilai akan sulit melakukan perubahan besar pada sistem satu partai atau model perekonomian di negara itu. Transisi politik di Kuba juga tidak terlalu menyita perhatian rakyatnya.

Beberapa orang merasa jauh dari politik. Mereka lebih peduli dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam peluang ekonomi terbatas di bawah perubahan yang dilakukan pemerintahan Castro. "Kami lebih khawatir akan hidup kami dari hari ke hari daripada politik," kata Ricardo Lugone (28) yang mencari nafkah sebagai penata rambut pribadi.

Diaz-Canel, yang saat ini menjabat sebagai wakil presiden pertama Kuba, adalah satu-satunya nama yang diajukan oleh komisi yang didukung partai pada Rabu (18/4). Anggota parlemen kemudian mengadakan pemungutan suara tertutup untuk secara bulat menyetujui pengajuan itu dan menyetujui 30 penetapan lainnya bagi Dewan Negara Kuba.

Hasilnya diperkirakan akan diumumkan pada Kamis (19/4), dan presiden baru akan segera dilantik. Meskipun pemimpin pemerintahan Kuba akan diisi oleh generasi yang lebih muda, Castro dan para tetua revolusi lainnya akan mempertahankan kekuasaan dalam peran mereka sebagai pemimpin puncak Partai Komunis setidaknya sampai kongres partai yang ditetapkan pada 2021.

Sejumlah pengamat politik mengatakan Diaz-Canel akan diberi tugas untuk memperbaiki perekonomian negara. Namun, ia tetap akan meminta persetujuan Castro dalam mengambil setiap keputusan strategis utama seperti hubungan dengan Amerika Serikat (AS).

Dia diperkirakan akan bertindak dengan hati-hati saat berusaha untuk mengkonsolidasikan dukungan di antara partai konservatif, meskipun kalangan anak muda Kuba menginginkan perkembangan lebih cepat. Diaz-Canel sangat tidak mungkin menentang peraturan satu partai.

"Diaz-Canel seharusnya meningkatkan kecepatan perubahan di Kuba sambil menjaga hal-hal yang baik," kata blogger Harold Cardenas (32). Ia menambahkan, perlawanan dari dalam partai untuk melakukan reformasi ekonomi telah menahan negara itu untuk bisa berkembang.

Setelah bertahun-tahun di Partai Komunis, Diaz-Canel dianggap sebagai sosok yang aman untuk membawa warisan Castro dan para pemimpin tua lainnya, yang membantu Fidel Castro menyingkirkan diktator yang didukung AS, Fulgencio Batista. Diaz-Canel dilatih sebagai insinyur listrik dan tampak liberal secara sosial, tetapi ia relatif tidak dikenal oleh rakyat Kuba.

"Dia menghadapi banyak sekali tantangan di semua lini," kata Richard Feinberg, mantan penasihat Gedung Putih untuk Amerika Latin di masa kepemimpinan Presiden AS Bill Clinton.

Perekonomian Kuba saat ini masih sangat kecil per kapitanya dibandingkan dengan 1985, saat masih mendapatkan dukungan dari Uni Soviet. Kuba menderita krisis bantuan minyak dari Venezuela.

Hubungan dengan AS juga kembali menegang di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump, terlebih Kuba hanya memiliki sedikit sekutu di kawasan itu.

"Sebagian besar rakyat Kuba, terutama generasi muda, menunggu percepatan reformasi pembukaan pasar yang jelas dan tegas. Secara strategis, Diaz-Canel juga harus menghadapi permusuhan dari pemerintah AS," ujar Feinberg.

Raul Castro, yang telah bertugas selama puluhan tahun sebagai Menteri Pertahanan Kuba, secara efektif mengambil alih pemerintahan dua tahun sebelum dia secara resmi disebut presiden. Saat itu Fidel Castro mengalami masalah kesehatan dan melepaskan kekuasaannya. Fidel Castro meninggal pada 2016 di usia 90 tahun.

Menghindari gaya pidato panjang yang membuat kakaknya terkenal, Raul Castro justru lebih mempertahankan gaya merendahnya, bahkan ketika dia mencapai kesepakatan penting pada 2014 dengan Presiden AS Barack Obama untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan AS. Hubungan dengan Washington memanas sejak Fidel Castro menyetir pulau itu ke haluan kiri setelah revolusi.

Raul Castro memperkenalkan reformasi pasar yang memungkinkan rakyatnya untuk membuka usaha kecil, mulai dari penata rambut hingga pengusaha restoran. Ia juga mendorong beberapa investasi asing ke Kuba.

Dia memberi lebih banyak kebebasan kepada rakyat Kuba, dengan memungkinkan mereka untuk bepergian, mengunjungi resor di pulau yang sebelumnya disediakan untuk orang asing, dan secara bertahap meningkatkan akses internet.

Pada Rabu (18/4), Castro mengenakan setelan gelap dan duduk di dekat Diaz-Canel saat seorang pejabat membacakan nama-nama pemimpin yang diusulkan kepada 604 anggota legislatif yang berkumpul di Havana. Para legislator kemudian diberikan surat suara rahasia.

Salah satu tetua revolusi, Ramiro Valdes (85), diajukan untuk menjadi anggota dewan negara, badan eksekutif utama negara. Valdes telah menduduki posisi senior sejak 1960-an.

Wakil presiden pertama akan dijabat oleh Salvador Valdes Mesa (72). Dia dipandang kurang berpikiran reformatif dibandingkan dengan Diaz-Canel. Mesa menjadi etnis Afro-Kuba pertama yang memegang jabatan tinggi di pemerintahan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement