Selasa 24 Apr 2018 19:44 WIB

Serangan Van Kanada Bunuh 10 Orang, Polisi Cari Motif Pelaku

Pelaku serangan van Kanada disebut masih berstatus mahasiswa.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Polisi berdiri di dekat van yang digunakan pelaku untuk menabrak pejalan kaki di Toronto, Kanada, Senin (23/4)
Foto: Aaron Vincent Elkaim/The Canadian Press via AP
Polisi berdiri di dekat van yang digunakan pelaku untuk menabrak pejalan kaki di Toronto, Kanada, Senin (23/4)

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Seorang pria dengan sengaja menabrakkan sebuah mobil van Ryder putih ke arah kerumunan saat jam makan siang di Yonge Street, Toronto, Kanada, pada Senin (23/4). Serangan tersebut menewaskan 10 orang dan melukai 15 lainnya di trotoar sepanjang 1,6 km.

Insiden itu terjadi tepat sebelum pukul 13.30 siang. Seorang pria bernama Ali mengatakan kepada CNN, dia melihat van itu melaju kencang dan sang sopir tampaknya dengan sengaja menargetkan para pejalan kaki.

"Orang ini sengaja melakukannya, dia hendak membunuh semua orang. Dia terus berjalan, dia terus berjalan. Orang-orang tertabrak, satu demi satu," ungkap Ali. Seketika trotoar itu dipenuhi dengan darah dari korban-korban yang berjatuhan.

Sebuah rekaman video yang diambil oleh seorang warga menunjukkan polisi menangkap seorang tersangka di tempat kejadian. Pelaku kemudian berteriak "bunuh saya!" dan mengarahkan sebuah objek tak dikenal ke polisi.

Ketika tersangka berkata, "Saya punya pistol di saku saya," petugas polisi itu menjawab, "Saya tidak peduli. Berlutut!"

Kepala Polisi Toronto Mark Saunders mengatakan polisi telah mengidentifikasi tersangka yang diketahui bernama Alek Minassian, pria 25 tahun dari Richmond Hill, Ontario. Profil Minassian di situs jejaring sosial LinkedIn menyebutkan pria itu sebagai mahasiswa di Seneca College di North York.

"Tindakan itu jelas terlihat disengaja," kata Saunders dalam konferensi pers di dekat lokasi insiden pada Senin (23/4) malam. Ia menambahkan, van itu telah menyeret korban di sepanjang trotoar.

Saunders mengungkapkan, tidak ada senjata yang ditemukan pada Minassian saat penangkapannya, begitupun di dalam van yang disewanya. Minassian juga sebelumnya tidak memiliki catatan kejahatan. Saunders sementara menolak untuk berspekulasi tentang motif dibalik serangan yang dilakukan Minassian dan mengatakan pihak berwenang masih melakukan proses penyelidikan.

"Kami mencari tahu apa motif yang tepat dalam insiden khusus ini. Pada akhirnya, kami akan memiliki jawaban yang memuaskan, dan kami akan memiliki data yang lengkap tentang kesimpulannya," ujarnya.

Seorang teman Minassian, Ari Bluff, mengaku kepada CBC News bahwa dia pernah bersekolah bersama pelaku di Sekolah Menengah Thornlea, di Thornhill, utara Toronto. Keduanya mengikuti kelas ilmu komputer bersama di Kelas 10 dan sama-sama lulus pada 2011.

"Saya tidak yakin apakah dia punya teman yang sangat, sangat dekat, setidaknya secara terbuka. Saya tidak pernah melihatnya bersama sekelompok teman. Tapi setiap kali kami melihatnya di lorong, kami selalu berbicara dengannya atau menyapa dia," ujar Bluff.

Meskipun serangan van di Yonge Street serupa dengan beberapa serangan kendaraan yang dilakukan militan ISIS di sejumlah kota di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, para pejabat federal menyatakan serangan itu tidak memberikan ancaman yang lebih besar terhadap keamanan nasional. Menteri Keamanan Publik Federal Kanada Ralph Goodale mengatakan tampaknya tidak akan ada ancaman lebih lanjut bagi keamanan Kanada. Global Television melaporkan, Minassian akan muncul di pengadilan North York di Toronto pada pukul 10.00 waktu setempat, Selasa (25/4).

Serangan van tersebut tentu sangat mengguncang Toronto yang selalu damai dan selama ini telah menjadi salah satu kota tujuan wisata utama di Kanada. Kota yang memiliki populasi 2,8 juta jiwa itu hanya mencatat 61 kasus pembunuhan pada tahun lalu.

"Insiden tragis semacam ini tidak mewakili bagaimana kita menjalani hidup dan siapa sebenarnya kita," kata Walikota Toronto John Tory kepada wartawan. Menara ikonik di Toronto, CN Tower, yang biasanya menyala di malam hari telah dibiarkan gelap pada Senin (23/4) malam.

Tragedi itu terjadi ketika Kanada masih belum pulih dari guncangan akibat kecelakaan di jalan raya di Saskatchewan awal bulan ini. Kecelakaan itu menewaskan 16 orang yang ada di dalam sebuah bus yang membawa tim hoki junior.

Insiden brutal yang dilakukan Minassian disebut Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau sebagai serangan tragis dan tidak masuk akal. Serangan itu menjadi salah satu serangan yang paling kejam dalam sejarah Kanada baru-baru ini.

"Sangat sedih saya mendengar tentang serangan tragis dan tidak masuk akal yang terjadi di Toronto sore ini. Kita semua harus merasa aman berjalan di kota dan di tengah masyarakat kita," kata Trudeau dalam sebuah pernyataan. Trudeau dijadwalkan akan berbicara dengan media pada Selasa (24/4) di kantornya.

Dalam sebuah pernyataan, sekretaris pers Gedung Putih mengatakan Washington berjanji akan memberikan dukungan yang mungkin diperlukan oleh Kanada. Serangan di Toronto tersebut terjadi sekitar 30 km dari lokasi pertemuan G7, yang diikuti menteri luar negeri dari Kanada, AS, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang, meski tidak mengganggu keamanan acara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement