Rabu 25 Apr 2018 08:33 WIB

WHO: Kasus Malaria di Venezuela Melonjak 69 Persen

Menurut perkiraan WHO, kasus malaria di Venezuela pada 2017 mencapai 406 ribu

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
Nyamuk Malaria
Foto: ABC News
Nyamuk Malaria

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan kasus malaria di Venezuela melonjak sebesar 69 persen pada tahun lalu. Lonjakan ini menimbulkan keprihatinan atas penyebaran penyakit di negara yang dilanda krisis tersebut.

Dilansir Aljazirah, Rabu (25/4), WHO merilis angka ini pada malam Hari Malaria Dunia. Menurut perkiraan WHO, kasus malaria di Venezuela pada 2016 sebesar 240 ribu.

Kemudian pada 2017 kasusnya menjadi 406 ribu. Angka ini lima kali lebih tinggi daripada kasus 2013 lalu.

"Apa yang kita lihat sekarang adalah peningkatan besar, mungkin mencapai hampir setengah juta kasus per tahun," kata Direktur program malaria global WHO, Pedro Alonso.

Ia mengatakan ini adalah peningkatan terbesar yang dilaporkan di seluruh dunia. Lonjakan besar ini disebabkan kurangnya sumber daya dan kampanye anti-malaria di bagian nrgara Amerika Latin tersebut.

Menurut WHO, para migran Venezuela yang melarikan diri dari krisis ekonomi dan sosial membawa penyakit ini ke Brasil dan bagian lain dari Amerika Latin. WHO mendesak pihak berwenang untuk menyediakan pemeriksaan dan pengobatan gratis tanpa mempedulikan status hukum migran. Ini untuk menghindari penyebaran lebih lanjut.

"Di Amerika, bukan hanya Venezuela. Kami benar-benar melaporkan peningkatan di sejumlah negara lain. Venezuela, ya ini adalah keprihatinan yang signifikan, malaria meningkat dan itu meningkat dengan cara yang sangat mengkhawatirkan" kata Alonso.

Organisasi pemerintah Venezuela yang mengawasi kesehatan di negara tersebut, El Ministerio del Poder Popular para la Salud, menolak berkomentar mengenai hal ini. Krisis sosial-ekonomi dan politik di Venezuela menyebabkan negara itu kekurangan obat-obatan, hiperinflasi, kondisi rumah sakit yang buruk dan migrasi ke luar negeri. Para ahli di bidang medis ikut meninggalkan negara itu.

Menurut Badan Pengungsi PBB, sekitar 660 ribu orang Venezuela tinggal di negara tetangga Kolombia. Sementara 100 ribu lainnya dilaporkan memasuki Peru bagian utara.

Di perbatasan Brasil di Boa Vista, ibu kota negara bagian Roraima, sekitar 10 persen dari 450 ribu penduduk dilaporkan berasal dari Venezuela. "Kami melihat memang karena pergerakan penduduk, kasus di antara migran Venezuela yang muncul di negara lain - tentu saja Brasil. Tetapi juga di Kolombia, di Ekuador dan di sejumlah tempat lain," kata Alonso.

WHO mengatakan mereka bekerja sama dengan Pan-American Health Organization (PAHO) dan pihak berwenang Venezuela untuk memperbaiki situasi ini. Venezuela adalah negara pertama yang telah memberantas malaria pada 1961 oleh WHO - menjelang AS dan negara-negara maju lainnya.

Pada 2016, malaria menewaskan 445 ribu orang di 91 negara. Menurut WHO, 90 persen kasus kematian terjadi di Afrika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement