Senin 14 May 2018 18:46 WIB

AS Buka Peluang Revisi Kesepakatan Nuklir Iran

AS akan berunding dengan Eropa untuk program nuklir Iran.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan negaranya masih membuka diri untuk bernegosiasi dengan Eropa guna merevisi dan menyempurnakan kesepakatan nuklir Iran.

"Misi saya dari Presiden Trump adalah bekerja untuk mencapai kesepakatan yang mencapai hasil yang melindungi Amerika," kata Pompeo pada Ahad (13/5), dikutip laman Asharq Al-Awsat.

Ia berharap dalam beberapa hari atau pekan mendatang, AS dapat mewujudkan kesepakatan tersebut setelah berunding dengan Eropa. "Kami berharap bisa membuat kesepakatan yang benar-benar berhasil, yang benar-benar melindungi dunia dari perilaku buruk Iran. Bukan hanya program nuklir mereka, tetapi juga rudal dan perilaku jahat mereka," ujar Pompeo.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Bolton mengatakan, selama tiga tahun terakhir Iran telah memanfaatkan kesepakatan nuklir untuk mengintervensi dan mengembangkan pengaruhnya dalam konflik Timur Tengah. "Teheran bersembunyi di balik kesepakatan untuk memperluas (pengaruh) di Irak, Lebanon, Suriah, dan Yaman," katanya.

Oleh sebab itu, ia menilai, penarikan AS dari kesepakatan nuklir merupakan sebuah keputusan tepat. Hal itu karena menciptakan perubahan dalam keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah.

Kesepakatan nuklir Iran ditandatangani Iran bersama Prancis, Inggris, AS, Jerman, Cina, Rusia, dan Uni Eropa pada Oktober 2015. Kesepakatan tersebut mulai berlaku atau dilaksanakan pada 2016.

Kesepakatan itu tercapai melalui negosiasi yang cukup panjang dan alot. Tujuan utama dari kesepakatan itu adalah memastikan bahwa penggunaan nuklir oleh Iran hanya terbatas untuk kepentingan sipil, bukan militer. Sebagai imbalannya, sanksi ekonomi dan embargo yang dijatuhkan terhadap Teheran akan dicabut.

Namun, Presiden AS Donald Trump telah berkali-kali menyatakan ketidakpuasannya terhadap kesepakatan nuklir. Hal itu karena dalam kesepakatan tersebut tak dibahas perihal program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya selepas 2025, dan perannya dalam konflik Yaman serta Suriah.

"Ingat betapa buruknya Iran berperilaku dengan Kesepakatan Iran. Mereka mencoba mengambil alih Timur Tengah dengan cara apa pun yang diperlukan. Sekarang, itu tidak akan terjadi," kata Trump melalui akun Twitternya pada Ahad kemarin.

Dengan ditariknya AS dari kesepakatan tersebut, Trump memutuskan untuk menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Iran. AS juga akan memberi sanksi kepada negara atau perusahaan yang menjalin kerja sama ekonomi atau bisnis dengan Teheran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement